KORANMADURA.com – Food and Drug Administration (FDA) menerima laporan 127 orang mengalami kejang atau gangguan saraf lainnya. Menurut badan pengawasan obat dan makanan Amerika ini, gangguan tersebut terkait dengan electronic cigarettes (e-cigarettes) atau vape meski harus diteliti lebih lanjut.
“FDA melanjutkan investigasi yang bersifat keilmuan untuk menentukan adanya kaitan langsung dengan vape. Termasuk faktor risiko kejang atau gangguan saraf lainnya. Saat ini kami belum punya informasi yang lebih detail misal kandungan nikotin atau formula vape, hingga mengakibatkan kejang,” kata komisioner FDA Dr Ned Sharpless dikutip dari CNN.
Selain kejang, kasus yang terjadi mulai 2010 hingga 2019 juga menyebutkan pingsan dan gemetar (tremor). FDA awalnya menerima 35 laporan pada April 2019, namun jumlah kasus yang dilaporkan terus meningkat hingga Agustus 2019. Kasus umumnya terjadi pada pengguna vape yang umumnya masih berusia muda, meski tidak dijelaskan detail kisaran umurnya.
Kasus tersebut terjadi pada pengguna yang mencoba kali pertama maupun yang sudah beberapa kali mengisap vape. Pengguna mengalami kejang setelah beberapa kali isapan atau pemakaian lebih dari 1 hari. Menurut FDA, beberapa pengguna vape dilaporkan sempat mengonsumsi ganja.
Sharpless mengatakan, hingga kini FDA terus menerima laporan soal kejang dan gangguan saraf lain terkait vape. Laporan diharapkan lebih detail terkait riwayat penggunaan vape serta produk penyerta lainnya. Laporan dan hasil kajian menjadi bahan untuk lebih mengawasi peredaran dan penggunaan vape serta produk tembakau lain di masyarakat. (DETIK.com/ROS/VEM)