Oleh : MH. Said Abdullah
Madura itu taman sari Indonesia. Indah dan sedap dipandang mata. Menyejukkan jiwa dan pikiran. Ibaratnya, bunga-bunga aneka warna tumbuh mekar semerbak menebarkan keharuman dan menampakkan keindahan.
Demikian antara lain gambaran selintas tentang Madura, yang saya sampaikan dalam acara Silaturrahmi Virtual Tretan Madura Sedunia. Acara yang digagas Menko Polkam Mahfud MD itu berlangsung pekan lalu, dihadiri putra-putri terbaik dari Madura, yang kini berhikmat di berbagai institusi baik dalam negeri maupun luar negeri.
Penegasan keindahan Madura itu sekedar penyegaran pemikiran betapa kehidupan di Madura sangat luar biasa. Keanekaragaman keterikatan keagamaan ternyata dapat berjalan tanpa ada riak-riak ketegangan apalagi konflik. Dan ini sudah berlangsung puluhan bahkan ratusan tahun.
Sangat mencengangkan jika mencermati anatomi budaya dan keterikatan keagamaan sebagian besar masyarakat Madura, yang beragama Islam. Prof. Dr. Buya Hamka dalam buku berjudul Perbendaharaan Lama secara tegas menyebut betapa fanatik keterikatan keagamaan masyarakat Madura. Namun ternyata fanatisme masyarakat Madura mengarah pada kesadaran dan ketaatan internal, penguatan ruhani melalui ketekunan peribadatan.
Kematangan jati diri dalam beragama, dalam ekspresi kehidupan keseharian mewujud kesadaran pemahaman tentang realitas sosial. Bahwa berdasarkan sunnatullah, selalu ada keterikatan keagamaan yang berbeda di tengah kehidupan manusia. Perbedaan keterikatan keagamaan merupakan realitas, yang bahkan ditegaskan Al Quran, surat Yunus ayat 99, “Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang di bumi seluruhnya. Tetapi apakah kamu (hendak) memaksa manusia agar mereka menjadi orang-orang yang beriman?”
Begitulah kehidupan masyarakat Madura. Keterikatan keagamaan kepada agama Islam tidak memantik munculnya permusuhan kepada pemeluk agama yang berbeda. Lihatlah di Pabien, Sumenep. Tempat ibadah Klenteng, Gereja dan Masjid berdekatan dalam suasana penuh kedamaian.
Mereka yang berusia sekitar 60 an tahun, mungkin masih ingat suasana pada tahun 70 an. Pada setiap hari Minggu pagi, tampak seorang Pastor yang diperbantukan dari luar negeri hilir mudik. Ia biasanya mengendarai sepeda motor model lama, yang bisa digenjot mirif sepeda.
Ketika melewati jalan raya –jalan protokol- Pastor yang berperawakan Eropa itu dengan santai menikmati perjalanan menuju Gereja, di Pabien. Di jalan selalu anak-anak dan para para orang tua yang berpapasan sesekali meneriakkan selamat pagi. Pastorpun dengan gembira, sambil tersenyum menjawab salam dari warga. Benar-benar pemandangan, yang luar biasa. Bayangkan, seorang asing, berbeda agama, berstatus Pastor dengan aksesoris lengkap di tengah masyarakat muslim, yang sering disebut fanatik, dapat berdakwah sambil tersenyum ceria tanpa ada rasa takut sedikitpun. “Nikmat kedamaian apalagi yang didustakan.”
Madura sejatinya menjadi salah satu potret keberagaman keterikatan keagamaan Indonesia. Minoritas ummat beragama, dapat hidup tenang dan damai baik dalam menjalankan ibadah maupun kehidupan sosial keseharian. Sangat membanggakan.
Kondisi kondusif ini secara interaksi sosial perlu terus dijaga dan dikembangkan lebih baik lagi sejalan kebutuhan kondisi kekinian. Yang perlu mendapat perhatian serius menyangkut peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) masyarakat Madura agar lebih siap menghadapi tantangan kehidupan. Perlu ada perhatian dari para Tretan Madura, yang saat ini memiliki peran di berbagai institusi pemerintah, legislatif maupun institusi swasta. Bagaimanapun kualitas SDM seperti ditegaskan tokoh Afrika Selatan Nelson Mandela dapat menjadi bekal penting mengatasi problem keterdesakan kesejahteraan.
Beberapa hal riil dan mendesak, misalnya, Madura yang dikenal sebagai sentra penghasil tembakau perlu segera didorong menjadi Kawasan Industri Hasil Tembakau. Melalui pembentukan kawasan itu masyarakat Madura dapat mengolah, melinting, mengemas dan memasarkan sendiri hasil pertanian tembakau. Dengan insentif cukai rendah akan dapat meningkatkan kesejahteraan petani tembakau serta tentu dapat mengurangi peredaran rokok ilegal.
Sebagai daerah yang terkenal salah satu sentra produk garam, juga penting perhatian perlunya pendirian pabrik industri garam. Langkah ini untuk meningkatkan nilai ekonomis agar garam Madura tidak hanya menjadi konsumsi masyarakat tapi juga untuk memenuhi kebutuhan industri.
Tentu berbagai langkah pembentukan kawasan dan pendirian pabrik industri garam diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Madura melalui antara lain meningkatkan nilai ekonomi tembakau dan garam serta penyerapan tenaga kerja.
Silaturrahmi Tretan Madura Sedunia walau sebatas melalui virtual diharapkan menyuntikkan energi dan semangat masyarakat Madura yang tersebar luas untuk lebih peduli pada peningkatan kemajuan Madura. Seperti penegasan sebuah hadist Nabi Muhammad, silaturrahmi selalu membuka pintu rezeki dan kebaikan. Insya Allah, memberi manfaat bagi peningkatan kemajuan Madura.