MH. Said Abdullah
Masyarakat Indonesia tentu pernah mendengar atau membaca pernyataan Proklamator Bung Karno tentang pemuda. “Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncang dunia,” tegas Bung Karno lantang.
Rangkaian kalimat heroik itu penuh makna yang sangat mendalam dan bervisi ke depan. Terkandung pesan besar luar biasa bagaimana regenerasi bangsa –mendorong peran pemuda- harus mendapat perhatian sungguh-sungguh jika negeri ini ingin mencapai kemajuan.
Bung Karno menyebut orangtua dan pemuda menegaskan bagaimana seharusnya dua kelompok manusia berbeda zaman saling berkelindan membentuk mozaik proses regenerasi berkualitas. Orangtua berperan di era ‘now’ tak hanya konsentrasi pada penyelesaian persoalan kekinian. Orangtua harus pula mempersiapkan konsepsi pemikiran merancang regenerasi agar masa depan menjadi jauh lebih baik.
Di sini terkandung pesan tersirat bahwa generasi masa kini dapat dianggap sukses mendekati paripurna jika mampu menjawab persoalan kekinian dan mempersiapkan regenerasi sehingga masa depan mewujud lebih baik dari hari ini. Sukses seorang pemimpin tidak hanya saat memimpin namun juga pada kemampuan mempersiapkan estafeta kepemimpinan.
Dari sini juga terlihat betapa penting relasi generasi tua dan pemuda. Kedua kekuatan berbeda era itu harus saling berinteraksi positif untuk kepentingan kesinambungan peran penyelesaian dan pengembangan kemajuan bangsa Indonesia kini dan di masa mendatang.
Dari pernyataan Bung Karno terpapar sangat jelas pemikiran progresif dinamis. Bung Karno meletakkan harapan dan peran besar kepada pemuda, tentu yang telah dipersiapkan dan mempersiapkan diri jauh hari sebelumnya.
Pemuda yang telah memiliki kemampuan harus diberikan kesempatan. Tidak hanya sebagai upaya optimalisasi peran dan potensi. Kehadiran pemuda akan menjadi sinergi penyelesaian persoalan kekinian dan perencanaan masa depan.
Tentu saja penting para pemuda menyadari peran dan tanggungjawabnya sebagai pemilik masa depan. Mereka harus menempa diri, mempersiapkan bekal sejalan tuntutan tantangan masa depan. Tanpa kesadaran untuk membekali diri secara memadai jelas akan menyebabkan pemuda bukan hanya kemungkinan gagal menjadi harapan bahkan dapat menjadi beban masyarakat.
Tantangan yang terbentang di depan mengharuskan pemuda mempersiapkan kemampuan pemikiran, keterampilan serta etos (semangat) bersaing. Hanya mereka yang memiliki kesiapan dalam segala hal dapat eksis di era persaingan bebas, yang mulai terbentang di depan mata. Era APEC, AFTA, yang menegaskan dunia memasuki persaingan bebas, yang tidak lagi dibatasi hal-hal bersifat non-tarif dan skat-skat konvensional lainnya merupakan keniscayaan yang mulai menjadi bagian keseharian era now.
Siapapun saat ini bisa dengan mudah memasuki pasar Indonesia, berbekal produk berkualitas, kemampuan marketing, termasuk bekal keterampilan. Semua menjadi ancaman riil, yang harus dihadapi. Namun demikian, rakyat Indonesia, terutama generasi pemuda dapat pula melanglang buana menaklukan belantara persaingan luas negara lain. Ada tantangan besar sekaligus ada peluang besar, yang semua mensyarakat kualitas SDM mumpuni.
Karena itu, tidak ada waktu lagi bagi generasi muda, para pemuda Indonesia – untuk berleha-leha dalam mengarungi perjalanan hidup. Apalagi sampai terperosok serta larut pada hal-hal yang jauh dari manfaat bahkan merusak jasmani dan rohani seperti narkoba, minuman keras dan perilaku jauh dari produktif lain.
Negeri ini menunggu peran generasi muda, yang memiliki bekal kualitas intelektual, skill yang dilandasi moral spiritual bersemangat keindonesiaan, yang cinta damai. Bekal itulah yang dapat mengantar mewujudkan Indonesia hebat.