JAKARTA, Koranmadura.com – Ketua DPR Puan Maharani mengajak parlemen negara-negara Asia Pasifik untuk menawarkan paradigma baru dalam menghadapi dunia yang semakin terpolarisasi.
Paradigma baru tersebut adalah semangat kebersamaan dengan mengesampingkan berbagai perbedaan. Dengan begitu, parlemen setiap negara Asia Pasifik bisa membantu memecahkan berbagai masalah yang dihadapi.
“Kita bertemu di saat yang kritis dan dunia berada di persimpangan jalan. Kita hidup di tengah dunia yang terpolarisasi, di tengah meningkatnya persaingan di antara negara-negara besar, dan di tengah kenaikan harga pangan dan energi,” kata Puan Maharani saat tampil sebagai pembicara pertama pada forum the 30th Annual Congress of the Asia-Pacific Parliamentary Forum (APPF 30) di Bangkok, Thailand, Kamis 27 Oktober 2022.
Menurut Puan Maharani, tantangan-tantangan tersebut telah membawa ketidakpastian dan pesimisme di berbagai belahan dunia. Meski begitu, parlemen disebut memiliki kesempatan untuk menawarkan paradigma baru.
“Paradigma baru yang menawarkan harapan dan solusi konkrit bahwa jika parlemen bekerja sama, maka kita bisa membuat perbedaan. Kita dapat berkontribusi untuk memecahkan krisis multidimensi ini,” ucap Puan Maharani.
Lebih lanjut Puan Maharani mengatakan, parlemen harus dapat menunjukkan dapat mengesampingkan perbedaan pendapat antarnegara untuk mencapai tujuan yang lebih besar dan menciptakan dunia yang lebih damai dan sejahtera.
“Pilihan ada di tangan kita, sebagai pengambil keputusan. Apakah kita akan mengambil jalan yang memperlebar perpecahan antar-bangsa atau apakah kita fokus pada jalan yang mengarah pada kolaborasi,” tutur Puan Maharani.
Puan Maharani meneruskan, “Hari ini kita duduk bersama sebagai parlemen negara-negara Asia-Pasifik untuk menunjukkan komitmen kuat kita untuk mempromosikan dialog, dan diplomasi. Untuk mengakhiri semua tantangan global, dan membawa paradigma baru.”
Dalam membawa paradigma baru itu, parlemen Asia Pasifik dinilai perlu mengambil beberapa langkah. Pertama adalah menjunjung tinggi penghormatan terhadap hukum internasional, termasuk Konvensi PBB tentang Hukum Laut, dan Piagam PBB yang mengatur hubungan antar negara.
“Kedua, kita perlu membangun kepercayaan antar negara sebagai landasan kerjasama internasional. Kepercayaan akan memungkinkan kita untuk mengubah persaingan menjadi kerja sama dan persaingan menjadi kolaborasi,” ungkap Puan.
Ketiga, parlemen-parlemen kawasan Asia-Pasifik perlu memupuk kebiasaan dialog, konsultasi, dan diplomasi. Selain itu, kata Puan Maharani, dengan menolak penggunaan kekuatan dan kekerasan dalam menyelesaikan kepentingan politik dan keamanan yang berbeda.
“Keempat, kita perlu memperkuat komitmen kerjasama internasional kita. Masalah global membutuhkan solusi global, dan kita perlu mendorong kolaborasi dalam mengatasi berbagai krisis yang dihadapi dunia,” sebutnya.
Langkah selanjutnya yang diperlukan adalah dengan membangun kerja sama regional secara multilateralisme dalam memajukan kerja sama di kawasan seperti di Asia-Pasifik. Langkah tersebut dinilai penting mengingat kerja sama internasional hanya dapat dimajukan melalui diplomasi.
“Namun, kita juga menyaksikan bahwa ada kalanya diplomasi pemerintah menemui jalan buntu, terutama jika menyangkut masalah keamanan yang kompleks dan sensitif. Oleh karena itu, diplomasi parlemen menawarkan solusi alternatif untuk situasi seperti itu,” papar Puan Maharani.
“Karakter diplomasi parlemen yang fleksibel memungkinkan kita tidak hanya untuk berdebat secara lebih terbuka tentang masalah apa pun yang menjadi perhatian bersama, tetapi juga untuk mengedepankan solusi kreatif untuk masalah keamanan regional yang bermasalah,” sambung cucu Bung Karno itu.
Puan menegaskan, anggota parlemen harus selalu mempromosikan ‘budaya damai dan toleransi’ yang sangat penting di saat ketegangan geopolitik meningkat. Hal ini lantaran perdamaian merupakan prasyarat untuk pemulihan ekonomi dan pembangunan berkelanjutan. (Sander)