PROBOLINGGO – Banyaknya kasus demam berdarah dengue (DBD) yang melanda Kabupaten Probolinggo membuat Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat menambah alokasi untuk fogging atau pengasapan lokasi.
Jika pada 2013 lalu hanya Rp 43,2 juta, tahun ini naik Rp 18 juta menjadi Rp 61,2 juta. Meski naik, bisa jadi pada perubahan anggaran keuangan (PAK) 2014 nanti, bisa ditambah, sebab, dengan tambahan anggaran Rp 18 juta itu, hanya ada 102 titik fogging. Padahal jumlah desa dan kelurahan di Kabupaten Probolinggo mencapai 330 desa.
Hal itu disampaikan,Kabid Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL), dr Dyah Koencorowati. Menurutnya Penambahan itu berdasarkan jumlah fokus pengasapan yang dilakukan. Tahun lalu hanya 72 fokus. Untuk satu kali fogging, Pemkab Dinkes mengalokasikan anggaran Rp 600 ribu.
“Penambahan itu karena fokus fogging juga ditambah, tentu anggarannya juga nambah, termasuk pada PAK jika memang nanti dibutuhkan,” ujar perempuan yang juga aktifis di Komisi Penanggulangan HIV/AIDS ini pada wartawan, Selasa (3/6).
Lebih jauh Dyah Koencorowati, menjelaskan hampir seluruh kecamatan di kabupaten membutuhkan fogging. Dilakukannya penyemprotan tersebut ada permintaan dari masyarakat. Tapi tidak semua permintaan akan direalisasikan.
“Kita kaji terlebih dahulu, apakah perlu atau tidak. Misalnya di satu RT, ada salah seorang warga terkena DBD, kalau memang dampaknya luas kami lakukan. Tapi jika hanya satu orang itu saja, ya tidak dilakukan (fogging),” jelasnya.
Tidak diterimanya semua permintaan itu akan dilakukannya fogging. Menurut Dyah karena alasan anggaran untuk fogging sangat minim.
“Skala prioritas yang kita tetapkan, sebab fogging sendiri bukan langkah utama pencegahan atau pengobatan penyakit ini,” tegasnya.
Sementara itu, Sekretaris Komisi D setempat Husnan Taufiq mengatakan penambahan anggaran pada saat PAK sah-sah saja. Hanya saja, sebelum mengajukan penambahan anggaran, ada pertanggungjawaban dari dinkes soal perkembangan dan pencegahan DBD.
“Tahun ini sudah naik, mau nambah harus ada progres yang jelas dari dinkes bahwa penderita demam berdarah menurun,” katanya.
Sayangnya Taufiq mengaku belum mendapat laporan secara berkala mengenai jumlah penderita DBD sampai bulan Mei ini. “Kami belum menerima dari dinkes. Mungkin nanti saat rapat dengan dinkes akan ditanyakan,” pungkas Diah Koencorowati.