JAKARTA- Pasangan capres-cawapres, Prabowo Subianto-Hatta ingin memperlihatkan superioritas mereka atas pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla dalam debat pilpres putaran terakhir. Saat itu, Hatta berkesempatan untuk mengajukan pertanyakan kepada pasangan Jokowi–JK soal lingkungan hidup. Namun pertanyaan Hatta ini bak senjata makan tuan karena tidak bisa membedakan antara Kalpataru dan Adipura.
Seperti diketahui, Adipura adalah sebuah penghargaan bagi kota di Indonesia yang berhasil dalam kebersihan serta pengelolaan lingkungan perkotaan. Sementara Kalpataru adalah penghargaan yang diberikan kepada perorangan atau kelompok atas jasanya dalam melestarikan lingkungan hidup di Indonesia.
Salah seorang juru kampanye nasional pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla, Adian Napitupulu menilai, skor telak dalam debat kandidat diraih jagoan yang diusungnya. Kesalahan fatal kubu Prabowo -Hatta terletak saat Hatta salah memberikan pertanyaan. “Dari enam sesi, Jokowi-JK unggul di tiap sesi. Tapi di sesi lima, tentang Kalpataru dan Adipura, Hatta gol bunuh diri, jadi total tujuh untuk Jokowi-JK, dan kosong untuk Prabowo-Hatta,” ujar dia di Jakarta, Minggu (6/7).
Sebelumnya, KPU menyelenggarakan acara debat terakhir dalam masa kampanye Pilpres 2014, Sabtu (5/7) malam. Rektor Universitas Diponegoro, Prof Sudharto P Hadi PhD dipilih dalam debat dengan tajuk “Pangan, Energi dan Lingkungan”.
Adian merasa lucu atas momen di sesi kelima tersebut. Hatta ditengarainya hendak menjadikan pertanyaan tersebut untuk mempertontonkan kepintaran sekaligus membuat Jokowi tampak bersalah. Hal itu terlihat dari pertanyaan Hatta yang mengarah bahwa Solo dan Jakarta tidak pernah mendapatkan penghargaan Kalpataru. “Tapi akibat ketidakpahaman Hatta terhadap penguasaan istilah. Maksudnya Hatta itu kan Adipura, bukan Kalpataru. Yang terjadi malah sebaliknya, Hatta mempertontonkan ketidakmengertiannya,” lanjut Adian.
Calon legislatif terpilih periode 2014-2019 itu mengingatkan bahwa kemenangan terhadap debat memiliki korelasi kuat dengan kepastian mewujudkan kesejahteraan kepada rakyat. Melalui debat, kata Adian, publik mengetahui mana pemimpin yang mampu mengartikulasi program, visi dan misi.
Adian mencontohkan, jika pemimpinnya hanya mengejar bagaimana menambah jumlah lahan pertanian tetapi tidak memikirkan bagaimana memasarkan produk, proses produksi, bahkan faktor irigasinya, tentu publik menganggapnya sesuatu yang tak ideal untuk didukung.
“Korelasi antara pernyataan yang disampaikan dalam debat dengan perwujudan kesejahteraan telah disampaikan Jokowi-JK di dalam debat tadi malam,” ujar dia.
JK menyayangkan kekeliruan yang dilakukan rivalnya Hatta yang keliru membedakan antara Kalpataru dan Adipura. “Itulah yang sangat disayangkan. Kalpataru itu untuk orang, kalau kota itu Adipura. Kalpataru untuk penggiat lingkungan,” jelas JK.
JK menilai, seharusnya Hatta tidak melakukan kekeliruan tersebut. Selama 13 tahun di pemerintahan, Hatta masih saja tidak dapat membedakan antara Kalpataru dan Adipura. JK menilai hal itu kekeliruan fatal. “Fatal dong masak beberapa tahun di pemerintahan tidak tahu. Bukan blunder tetapi enggak mengerti. Kalpataru untuk aktivis lingkungan, kalau adipura untuk kota,” tutupnya.