Oleh: MH. Said Abdulah*
ISIS dan penyerbuan zionis Israel ke Gaza yang belakangan menghiasi berbagai pemberitaan merupakan representasi riil kondisi geopolitik kawasan Timur Tengah. Serbuan brutal Israel hanya kelanjutan dan ekspresi riil watak aslinya yang terbangun sejak klaim atas tanah Palestina pada tahun 1948.
Sejarah mencatat zionis Israel memang berdiri di atas darah dan air mata warga Palestina. Hampir tak ada jejak bersih dari darah sejak awal klaim di atas tanah yang dijanjikan itu. Israel sama sekali tidak belajar dari pengalaman pahit ketika menjadi korban sikap anti semit Hitler. Secara ironis Israel justru mengulang apa yang telah dilakukan Hitler dalam format dan cara berbeda pada warga Palestina.
ISIS yang belakangan ramai menjadi sorotan di negeri ini adalah representasi geopolitik Timur Tengah, yang memang tak pernah sepi dari pergolakan. Ekspresi kekerasan dan sikap intoleran yang terpapar luas bisa jadi hanya menegaskan gambaran riil sikap beragama sebagian masyarakat kawasan tempat semua agama samawi diturunkan. Fakta dan data sulit ditampik hampir semua negara-negara di kawasan Timur Tengah dipenuhi format-format komunitas yang mengedepankan ego kelompok yang berwatak ekspansif yang mengatasnamakan kepicikan beragama, hingga suasana damai hanya menjadi impian.
Kondisi internal kawasan Timur Tengah yang hampir dipenuhi pertarungan kepentingan antar kelompok itu sudah tentu menjadi minyak yang memberi keleluasaan pada Israel makin bertindak semena-mena. Ketika kelompok-kelompok asyik bertikai sulit diharapkan memperhatikan dan membantu serta memperdulikan Palestina. Konflik internal di negeri-negeri kawasan Timur Tengah membuat Palestina sendirian menghadapi bombardir Israel.
Dunia internasional yang sudah terlihat sikap ambivalennya dalam kasus Timur Tengah makin jauh dari semangat kepedulian. Kadang beberapa negara bersikap sinis menunjuk negara-negara di kawasan Timur Tengah yang berdekatan membiarkan Palestina sendirian.
Israel dalam konstelasi politik Timur Tengah seperti sekarang ini tampak menjadi semakin kuat. Bukan hanya karena persetujuan bantuan senjata yang hampir selalu disetujui Konggres Amerika Serikat. Juga karena problem internal negara-negara Arab, yang tenggelam dalam kubangan konflik kelompok sehingga Israel begitu leluasa bertindak brutal terhadap warga Palestina. Ketakadilan dunia yang cenderung membiarkan tindakan Israel makin menenggelamkan Palestina dalam nestapa panjang.
Fakta dan data peta politik sederhana ini menggambarkan secara jelas situasi negara di kawasan Timur Timur menjadi faktor yang secara jeli dimanfaatkan Israel dalam menghadapi warga Palestina. Bahkan bukan hal luar biasa bila Israel juga diam-diam menjadi kekuatan memperkeruh negara-negara Arab –tanpa disadari negara-negara Arab sendiri- sehingga selalu dihadapkan persoalan konflik domestik yang ironisnya banyak diwarnai persepsi dan keterikatan keagamaan.
Ketika sebuah negara dihadapkan konflik dalam negeri, baik berwarna politik semata atau bercampur persep keagamaan, sebagian kekuatan dari negara itu menguap menyisakan duka pada rakyatnya. Kedamaian dan ketentraman punah berganti darah dan air mata. Karena itu -dengan tetap mempertajam dan mendorong simpati kepedulian pada warga Palestina- negeri ini perlu belajar dari kepahitan konflik di kawasan Timur Tengah agar tak terjadi di negeri ini.
*Anggota DPR RI, asal Madura