PROBOLINGGO–Dampak musim kemarau tahun ini nampaknya mulai dirasakan oleh kalangan petani di wilayah Kabupaten Probolinggo. Potensi kekeringan mulai mengancam tanaman petani yang menggunakan sistem pengairan tadah hujan.
Bahkan dengan sulitnya mendapatkan air akibat musim kemarau, tanaman petani mulai banyak yang kering. Sehingga kondisi itu membuat tingkat produksi hasil panennya mulai terancam gagal.
“Kalau sudah musim seperti ini, banyak tanaman petani yang rusak akibat tidak adanya air hujan,” terang Rosi (34) salah satu warga Desa Sumberkare Kecamatan Wonomerto Kabupaten Probolinggo, kepada wartawan Kamis (4/9).
Menurutnya, daerahnya kalau sudah menghadapi musim kemarau seperti persoalan air memang banyak menjadi kendala masyarakat termasuk untuk pertanian.”Dengan situasi kekeringan warga sudah mulai resah,” ucapnya.
Hal senada juga dikatakan olehSundap (40) salah satu warga Desa Tigasan Kulon Kecamatan Tegalsiwalan Kabupaten Probolinggo. Ia mengaku kalau sudah tidak ada hujan turun banyak tanaman yang kering dan mati. Sehingga tekstur tanah di lahan pertanian petani yang ada banyak yang mengeras dan terlihat gersang.“Karena tidak ada pola irigasi yang mengairi sawah sepanjang tahunnya.Hanya kalau musim penghujan saja ladang disini mulai subur,” jelasnya.
Menyikapi adanya kekeringan yang terjadi dalam musim kemarau, Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bapedda), Dewi Korina melalui, Kepala Bidang Fisik dan Prasarana, Sugianto mengaku, pemkab akan terus melakukan pembangunan embung yang akan digunakan dalam mengairi sawah yang ada di daearah tadah hujan. “ Namun pembangunannya di lakukan secara bertahap. Karena biaya pembangunan embung sangat besar,” katanya
Dia mengaku saat ini embung yang sudah terbangun, sebanyak 7 lokasi diantarnya,embung yang sudah terbangun di Kecamatan Tongas sebanyak 4 titik berada di Desa, Sumberejo, Kelampok dan 2 embung di Desa Tongas Wetan. 1 Embung di Desa Sumberkare Kecamatan Wonomerto, 2 embung berada di Desa Legundi dan Desa Gunung Tugel Kecamatan Bantaran.
“Semua embung tersebut sudah dimanfaatkan warga untuk digunakan sebagai irigasi untuk lahan sawah petani,” terang Dewi Korina.
Dewi Korina menambahakan, adanya pembangunan embung yang sudah mulai digunakan petani itu dikatakan masih sangat minim dan dinilai sangat kurang.Karena daerah yang tergolong tandus ketika musim kemarau masih ada yang belum memiliki embung irigasi.
“Secara otomatis dari tahun ketahun, pemkab terus berupaya untuk melakukan pembangunan embung,” katanya.
Disisi lain, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Probolinggo, memperkirakan musim kemarau tahun ini akan mencapai pucaknya pada akhir September bulan ini. MAHFUD HIDAYATULLAH