Oleh: Miqdad Husein*
Tak seperti biasa pengumuman tentang nama-nama menteri oleh Presiden langsung dihadiri menteri yang bersangkutan. Biasanya, Presiden sebelumnya terutama di masa Orde Baru, sampai Presiden SBY, saat mengumumkan nama-nama menteri hanya didampingi Wakil Presiden dan beberapa orang terdekat serta ajudan.
Presiden Jokowi agaknya ingin menerobos kebiasaan lama, pengumuman nama-nama menteri dilakukan dalam suasana relatif berbeda. Calon menteri sudah ada di sekitar Jokowi sehingga begitu namanya disebut, langsung berdiri berjejer di samping podium Presiden Jokowi.
Yang menarik, dalam “prosesi” pengumuman begitu nama menteri disebut yang bersangkutan hampir semua bergegas, setengah berlari. Mungkin hanya menteri perempuan yang tak berlari walau kesan berjalan tergesa tetap terlihat. Bisa jadi karena memakai sepatu hak tinggi, berlari betapapun pentingnya berisiko terjatuh sehingga bukan kesan semangat yang muncul; bisa sebaliknya, terkesan konyol.
Lalu, para menteri kali ini semua berpakaian putih dengan hampir semua lengan digulung; persis seperti gaya berpakaian Presiden Jokowi. Tak ada yang memakai jas atau batik serta pakaian bernuansa formal lainnya. Semua seperti sedang sibuk bekerja keras dengan penampilan wajah praktis tak ada yang mengesankan bergaya rapi. Butir-butir keringat, sempat terlihat pada sebagian menteri. Penampilan wajah bermake up, yang seperti biasanya tampak pada para pejabat tinggi, juga tak ada.
Presiden Jokowi sangat jelas ingin para menterinya tidak “genit” sibuk membangun citra berpenampilan rapi. Presiden Jokowi ingin sungguh-sungguh memperlihat keseriusan kerja dan kerja melayani kepentingan rakyat.
Berlari saat calon menteri disebut namanya, agaknya akan menjadi simbol bekerja cepat. Tidak bertele-tele. Persoalan rakyat perlu segera diselesaikan, tidak terbelenggu berbagai birokrasi ruwet yang selama ini menjadi kebiasaan para pejabat pemerintah.
Pesan ini penting dan bahkan amat penting, terutama bagi para pejabat di bawah menteri. Bahwa kepemimpinan kali ini tidak main-main dalam soal kerja. Akan ada upaya serius untuk memangkas berbagai jelaga dan kendala birokrasi.
Sudah menjadi rahasia umum persoalan pemerintahan di negeri ini terkait birokrasi yang berbelit-belit. Bukan hanya rentetan panjang alur perizinan atau mekanisme. Bahkan prosespun pada tiap “meja” berbelit-belit, berjalan bagai keong. Hanya “oli” pelicin yang kadang bisa mempercepat serta menerebas berbagai lika-liku birokrasi.
Begitu dasyatnya persoalan jaring-jaring birokrasi “menjerat” proses penyelesaian sebuah pekerjaan di negeri ini, paling tidak dua Presiden yaitu Megawati dan SBY, secara terbuka pernah mengeluhkannya. Ini gambaran riil betapa benang kusut birokrasi di negeri ini menjadi persoalan utama kinerja pemerintahan siapapun presidennya.
Genderang dan simbol telah dipancangkan oleh Presiden Jokowi bersama jajaran para menteri. Kini rakyat ingin melihat dan menunggu simbol mewujud menjadi kerja nyata, yang memberi pengaruh signifikan pada peningkatan kehidupan kesejahteraan rakyat.
Tentu rakyat perlu juga memberikan dukungan dengan ikut aktif merespon kesungguhan kerja Presiden Jokowi dan para menterinya. Dari kalangan atas bila serius berusaha keras memangkas jaring birokrasi, rakyat dari bawah bersama-sama memberikan dukungan dengan mendorong, mengawasi, mengkritisi kerja birokrasi. Jika ini saja berjalan baik, harapan menuju Indonesia hebat, tak lama lagi akan terwujud.
*) Kolumnis, tinggal di Jakarta