PAMEKASAN | koranmadura.com – Ratusan warga di Kabupaten Pamekasan, Madura, menderita penyakit kusta. Wabah kusta menyebar di 13 kecamatan. Kebanyakan penderitanya berada di wilayah pesisir pantai utara (Pantura) dan pesisir selatan.
Data di Dinas Kesehatan (Dinkes) Pamekasan menyebutkan jumlah penderita kusta terus mengalami peningkatan. Pada 2014 sebanyak 275 orang, 2015 sebanyak 275 orang, sedangkan 2016 mencapai 293 orang.
Kepada Koran Madura, Kabid Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Pamekasan, Rusdi Saleh mengatakan tidak menutup kemungkinan jumlah penderita kusta itu lebih dari data yang dihimpun instansinya selama ini, karena banyak warga yang menderita penyakit tersebut belum terdaftar.
Oleh karena itu, petugas dari Dinkes terus melakukan penyisirin ke seluruh pelosok desa untuk mendata penderita penyekit kusta tersebut. Terbaru, kata dia, ditemukan di wilayah pantura.
“Dari jumlah penderita kusta yang berobat di tahun 2014 lalu masih ada sebgian yang belum sembuh. Sehingga total keseluruhan yang berobat saat ini mencapai 329,” kata Rusdi Saleh.
Rusdi Saleh mengungkapkan ada dua kategori penderita kusta. Pertama tipe kusta kering dan tipe kusta basah. Menurutnya, waktu pengobatan dua tipe panyakit ini membutuhkan waktu yang cukup lama. “Kalau tipe kusta kering itu pengobatanya 6-9 bulan. Sementara kusta basah kurang lebih 12-18 bulan,” ungkapnya.
Pada 2014 lalu, terdapat 213 penderita kusta sembuh total setelah petugas medis dari Dinkes melakukan perwatan secara intensif selama kurun waktu hampir 10 bulan. Namun penderita kusta yang terdaftar dari 2015 hingga 2016 belum ada satu pun yang sembuh.
“Tetapi sampai saat ini ratusan penderita kusta itu dalam pengawasan petugas. Tiap hari wajib minum obat yang diberikan petugas,” ungkapnya.
Dia menambahkan, penyakit kusta yang dialami warga Pamekasan ini bakal menular jika dibiarkan. Apa lagi penderita itu berhubungan langsung dengan keluarganya. “Setiap hari penderita kusta itu selalu berhubungan. Sehingga tidak menutup kemungkinan ada gesekan,” terangnya.
Selain itu, dari jumlah penderita kusta yang diobati saat ini banyak yang sudah tidak minum obat alias drop out dari perawatan petugas. Salah satu faktornya, penderita kusta itu mengalami kejenuhan minum obat.
“Kami saat ini bergerak cepat, jika menemukan penderita baru langsung diobatan, karena jika lambat pengobatnya akan menjadi cacat,” Terangnya.
Beberapa waktu lalu, Rusdi Saleh mengaku sudah mendapatkan instrusksi dari pemerintah pusat untuk menuntaskan penyakit kusta, karena pada 2019 mendatang. Pemerintah manargetkan Indonesia harus bebas kusta. “Makanya ke depan, kami harus intens melakukan pengobatan supaya segera sembuh,” ucapnya. (RIDWAN/RAH)