PAMEKASAN | koranmadura.com – Kampung batik di Desa Klampar, Kecamatan Proppo, Kabupaten Pamekasan, Madura, sulit bersaing dengan kampung batik luar daerah bila Pemerintah Kabupaten (Pemkab) setempat lepas tangan. Selama ini, kampung batik belum memiliki fasilitas yang mempu mendorong perkembangan kampung batik tersebut.
Ketua Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Pamekasan, Hosnan Ahmadi mengatakan kampung batik tersebut memang belum layak dipromosikan. Fasilitas yang mendorong terhadap pengembangan usaha perajin batik belum terpanuhi.
“Sepakat dengan apa yang disampaikan Bupati bahwa Kampung Batik di Desa Klampar itu belum layak dipromosikan, karena fasilitasnya belum terpenuhi,” kata Hosnan Ahmadi, Senin (2/5).
Salah satu fasilitas yang belum terpenuhi dengan baik di antaranya kondisi infrastruktur yang kurang memadai. Akses jalan menuju kampung batik masih butuh pelebaran karena kondisinya sempit dan fasilitas lainnya yang mampu mendorong terhadap pengembangan usaha perajin batik wilayah tersebut.
Selama ini pengembangan usaha di kampung batik tersebut hanya berjalan apa adanya. Berakibat batik belum layak dipromosikan secara besar-besaran keluar daerah. Meski demikian, pengembangan kampung batik tersebut butuh uluran tangan Pemkab.
Hosnan menambahkan, legislatif dan eksekutif sudah ada pembicaraan terkait pengembangan kampung batik tersebut, karena akan dijadikan salah satu destinasi wisata di Pamekasan. “Sebelum kampung batik ini dipromosikan, akses jalan harus bagus dan fasilitas harus lengkap, supaya wisatawan yang berkunjung merasa nyaman,” terangnya.
Untuk pengembangan kampung batik di Desa Klampar itu membutuhkan campur tangan dari Pemkab. Baik dari segi promosi maupun tata pengelolaannya, karena perajin batik di wilayah itu mengelola tanpa adanya manajemen yang bagus sehingga tidak tertata dengan baik.
“Kami sudah koordinasi dengan Pemkab terkait pengembangan kampung batik ini. Insyallah ke depan fasilitas yang dibutuhkan terpenuhi, karena niat Pemkab kampung batik ini menjadi salah satu destinasi wisata,” bebernya.
Sebelumnya, Bupti Pamekasan Achmad Syafii menyatakan kampung batik di Desa Klampar belum layak dipromosikan, karena selain kalah saing dengan wisata batik di Madura, juga kampung batik tersebut belum memiliki referensi bagus bagi wisatawan.
Sebelum masuk tahap promosi, Kampung Batik Pamekasan masih membutuhkan pembenahan dari berbagai aspek termasuk pelayanan supaya wisatawan yang datang merasa nyaman dan tidak kecewa.
Mantan anggota DPR RI ini menambahkan, Kampung Batik di Desa Klampar terkadang mengecewakan bagi wisatawan, karena ketika ada wisatawan datang menggunakan mobil mewah dan membeli produk batik, perajin batik menjualnya di atas harga biasanya.
“Coba Anda cek ke lapangan dan menggunakan mobil mewah dan bandingkan harga yang ditentukan dengan orang menggunakan sepeda motor. Pasti harganya lebih mahal yang menggunakan mobil,” terangnya.
Seharusnya, perajin batik memberikan harga di bawah harga pasaran karena wisatawan datang jauh-jauh dan perajin memberikan pelayanan bagus agar mereka merasa puas dan berniat akan kembali datang esok harinya. “Apa bedanya membeli batik di sentra batik dengan di butik-butik mall sementara harganya sama-sama mahal,” jelasnya. (RIDWAN/RAH)