Bulan Mei merupakan bulan spesial bagi dunia pendidikan. Mengapa? Karena di bulan Mei lah kita mengenang tokoh pendidikan Ki Hajar Dewantara yang bernama asli Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ki Hajar Dewantara sebagai salah satu sosok yang patut diteladani dalam hal belajar.
Bagaimana Raden Mas Soewardi Soeryaningratgigih mengajak masyarakat untuk mau belajar. Hal ini dilakukan tanpa memandang suku agama ras golongan, karena hanya satu tujuan yakni ingin masyarakat mendapat kesempatan belajar. Semangat mengajak belajar tanpa batas yang patut diteladani. Ajaran yang senantiasa patut untuk dijadikan tuntunan dalam mendidik generasi dengan ajarannya ‘ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani’.
Belajar Sepanjang Hayat
Apa yang terbayang jika kita belajar tanpa batas? Artinya, kita belajar terus menerus. Belajar tanpa batas senada dengan belajar sepanjang hayat. Belajar tanpa mengenal waktu, usia, tempat, bisa di mana saja dan kapan saja. Bulan Mei, selain diperingati sebagai hari pendidikan nasional (hardiknas), juga menjadi ajang berbagai kegiatan yang berkaitan dengan buku. Mengapa buku? Karena bulan Mei pun dijadikan sebagai bulan buku, tepatnya hari buku yang ditetapkan pada tanggal 17 Mei. Di mana bisa mendapatkan buku dengan mudah sekaligus murah? Perpustakaan
Saat ini telah bermunculan perpustakaan sebagai tempat belajar, sebagai taman belajar, sebagai wadah berekspresi dengan berbagai kreativitas masyarakat yang mau belajar di perpustakaan. Perpustakaan? Mengapa di perpustakaan? Apa yang kita dapatkan di perpustakaan? Ya, karena di perpustakaan lah bisa ditemukan aneka buku dengan segala isinya yang dapat menambah wawasan pengetahuan pembacanya.
Bayangan tentang sebuah perpustakaan biasanya berupa suatu tempat berisi setumpukan buku kumal dengan petugas berkaca mata tebal dan jauh dari keramahtamahan. Atau bisa juga digambarkan, bahwa perpustakaan merupakan suatu ruang dengan aneka buku atau majalah yang siap disewakan. Cobalah datangi sebuah perpustakaan. Benarkah sesuai dengan gambaran dalam benak selama ini?
Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi komunikasi informasi, maka berimbas kepada pertumbuhan perpustakaan. Setiap perpustakaan memiliki tujuan sesuai keinginan pemustaka, atau yang berkunjung ke perpustakaan (baca:pemustaka). Akibatnya berkembangnya perpustakaan mengikuti perkembangan kehendak pemustaka, dan terkelompok dengan sendirinya ke dalam perpustakaan umum dan perpustakaan khusus. Misalnya, perpustakaan umum cenderung menyediakan koleksi bacaan yang bersifat umum. Sedangkan perpustakaan khusus, mengusahakan koleksi sesuai keinginan pemustaka yang bersifat khusus.
Seperti perpustakaan sekolah khusus untuk siswa sekolah yang bersangkutan, perpustakaan penelitian sesuai konsentrasi bidang penelitian tertentu, perpustakaan rumah sakit bisa berupa rumah sakit khusus (khusus ibu dan anak, mata, paru-paru, dan sebagainya); atau rumah sakit umum, dan jenis perpustakaan lainnya sesuai koleksi bahan bacaan yang ada. Lalu, yang manakah yang sesuai dengan keinginan kita? Kita tentukan sendiri perpustakaan yang sesuai pilihan pribadi masing-masing. Karena, belajar harus sesuai pilihan, itulah perpustakaan pilihan yang dituju.
Ayo kita tentukan perpustakaan yang sesuai dengan keinginan kita. Datangi, dan nikmati pelayanan yang disajikan, apa saja jenis layanan yang ditawarkan, karena memang setiap perpustakaan mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Jadi apabila informasi yang diperoleh ingin lengkap, maka sebaiknya berkunjung ke berbagai jenis perpustakaan. Setiap perpustakaan mempunyai visi misi sesuai tujuan pendirian perpustakaan.
Berkaitan dengan fungsi perpustakaan sebagai wahana belajar sepanjang hayat, maka siapa pun bisa belajar di perpustakaan. Kegiatan selain belajar pun bisa dilakukan. Apakah mengunjungi sebuah perpustakaan hanya sekedar bertemu teman, apakah tujuan ke perpustakaan untuk wisata, apakah kunjungan ke sebuah perpustakaan karena ada diskusi dengan komunitas tertentu, atau niat ke perpustakaan dikarenakan ada acara yang diadakan di perpustakaan tertentu, dan masih banyak lagi alasan seseorang berkunjung ke perpustakaan.
Belajar Membaca Buku
Berbagai alasan berkunjung ke perpustakaan yang bisa dicermati, salah satunya ingin membaca. Apakah ingin membaca bahan cetak atau bahan bacaan dalam format elektronik atau digital sangat tergantung kepada niat seseorang untuk mendatangi sebuah perpustakaan. Alasan kunjungan bisa dikarenakan ingin suasana lain, misalnya menghilangkan penat dengan menikmati suasana di perpustakaan. Hal terpenting, di perpustakaan akan diperoleh bahan bacaan sebagai penambah pengetahuan. Sekecil apapun pengetahuan yang didapat, akan menambah wawasan kita dalam memandang suatu permasalahan. Hal ini dikarenakan, tiada yang sia-sia dengan membaca. Belajar, ya membaca (demikian kata Remi Sylado). Semakin banyak yang dibaca, semakin terbuka cakrawala pengetahuan yang diperoleh, dan semakin paham dengan apa pun.
Apa yang kita baca, sedikit banyak akan mengendap dalam daya ingat kita dibandingkan dengan ngobrol, nonton. Suasana saat ngobrol, lebih cepat terlupakan, sementara suasana pada saat membaca akan terekam lebih lama. Bahan bacaan yang kita baca (misalnya, buku, majalah, koran, atau bacaan lain), secara tidak langsung kita akan memegang untuk dibaca, mengeja kata per kata atau kalimat demi kalimat, mencoba menelaah gambar (jika ada), bahkan menuliskan hal yang dianggap penting. Meski dalam suasana yang sama yakni di sebuah perpustakaan, namun pengetahuan yang didapat karena membaca akan lebih lama diingat dibandingkan dengan obrolan yang dilakukan.
Mengapa membaca, karena belajar ya membaca. Membaca bahan bacaan atau membaca peristiwa yang terjadi, semua dalam satu muara yaitu untuk menambah pengetahuan. Mau belajar? Ayo membaca. Di mana bisa mendapat bahan bacaan untuk belajar? Di perpustakaan.
Siapa pun akan mendapat manfaat di perpustakaan. Jadi belajar pun bisa di perpustakaan. Pembelajaran macam apa, pembelajaran hidup dan kehidupan dengan permasalahannya. Apa pun bisa diperoleh di perpustakaan. Meski hanya sekejap meredakan suasana hati yang kurang nyaman. Membaca suasana sekitar pun merupakan pelajaran bermakna. Jadi belajar apa yang tidak bisa di perpustakaan, dan perpustakaan sebagai wahana belajar sepanjang hayat. [*]
Oleh: Tri Hardiningtyas
Pustakawan Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS)