Telah hari lagi ummat Islam menjalankan ibadah puasa Ramadlan. Seperti Ramadlan sebelumnya disamping kegiatan ubudiyah selalu ada kegairahan luar biasa dari ummat Islam untuk berbagi, peduli pada sesama. Zakat, sedekah, infaq biasanya lebih banyak dilaksanakan ummat Islam pada bulan Ramadlan. Memang ada tuntunan Rasullah bahwa sebaik-baik sedekah, peduli pada sesama dilakukan pada suci Ramadlan.
Mencermati kegairahan luar biasa berbagai aktivitas kepedulian agaknya terasa urgensi menyegarkan kembali bagaimana ajaran Islam memberi bingkai relasi sosial itu. Tidak hanya terkait upaya pencapaian hasil optimal, melalui pemahaman kembali kaifiyah kepedulian itu diharapkan dapat dihindari berbagai potensi insiden dalam proses pelaksanaan kepedulian sosial. Katakanlah penyegaran kembali sebagai pembelajaran dari pengalaman berbagai insiden pemberian sedekah yang pernah terjadi di negeri ini agar tak terulang kembali.
Penting untuk diingat bahwa relasi sosial “kepedulian” merupakan proses menyambung tali silaturrahmi dan membangun kebersamaan. Bukan sekedar belas kasih dari mereka yang mampu kepada yang kurang mampu. Ada semangat memperkuat ikatan persaudaraan dan kebersamaan atas dasar nilai-nilai kemanusiaan. Karena itu proses kepedulian semaksimal mungkin dapat menghindari munculnya nuansa berbentuk relasi atasan dan bawahan.
Ajaran Islam menegaskan bahwa setiap pemberian harus menjaga kehormatan yang diberi. Mereka yang kebetulan sedang kurang mampu itu ketika dibantu tidak terusik posisi sosialnya. Mereka harus diposisikan bukan dalam keadaan menadahkan tangan tetapi seperti seorang yang mendapatkan hadiah karena prestasi.
Mereka, jika mengacu pada ajaran Islam bukan disuruh datang berbondong-bondong, antri panjang dalam terik panas matahari apalagi sampai berdesakan di lokasi tertentu. Mereka bukan datang tetapi didatangi, dikunjungi sebagai seorang kerabat dalam suasana kebersamaan. Bahkan ketika mereka diberikan sesuatu orang lain diupayakan tidak melihatnya. Kehormatan dan marwah mereka dijaga.
Cara-cara yang tetap menghormati mereka yang dibantu itu secara positif dapat menjaga keikhlasan si pemberi karena praktis tidak mudah terlihat orang lain. Bukankah ada tuntutan Rasulullah agar ketika tangan kanan memberi kalau bisa tangan kiri tidak mengetahui. Sebuah kiasan indah yang menegaskan tentang betapa penting menjaga proses pemberian dari hiruk pikuk keramaian agar terjaga keikhlasan yang memberi dan kehormatan mereka yang kebetulan hidupnya kurang beruntung.
Bukan hanya indah kaifiyah kepedulian sosial dalam ajaran agama Islam tetapi juga berpotensi efektif. Sebab ketika akan memberi perlu terlebih dahulu didata siapa saja yang memang memiliki kelayakan dibantu. Dapat dihindari pula mereka yang sekedar ingin mendapatkan pemberian padahal sejatinya memiliki kemampuan.
Beberapa tuntunan Rasulullah menegaskan bahwa fakir miskin bukan yang berkeliaran meminta-minta tetapi yang tetap berusaha menjaga kehormatannya dalam keterbatasan kemampuan ekonominya. Mereka tidak menadahkan tangan.
Alangkah indah jika hari-hari Ramadhan diisi kepedulian yang menjaga keikhlasan pemberi dan kehormatan yang diberi. Akan terhindar berbagai kemungkinan insiden kerumunan mereka yang berdesak-desakan pada terik panas matahari.