JAKARTA- Joko Widodo kembali dinobatkan sebagai kandidat calon presiden (capres) pada 2014 nanti. Jowoki bahkan unggul atas politisi kawakan seperti Jusuf Kalla, Megawati Soekarnoputri Aburizal Bakri dan Prabowo Subianto. Partai Gerindrapun mengakui daya magic gubernur DKI ini. Hanya saja, kemunculannya tergantung momentum yang tepat. “Tidak ada keraguan bagi rakyat untuk memilihnya menjadi Presiden RI kedepan. Keberhasilan Jokowi menjadi Presiden yang akan datang sangat ditentukan waktu yang tepat kapan Jokowi akan dicalonkan,” kata anggota Dewan Pembina Gerindra Martin Hutabarat di Jakarta, Minggu,(19/5).
Hasil Media Survei Nasional (Median) kembali menempatkan Jokowi pada urutan teratas capres 2014. Dari 30 nama yang diajukan kepada responden di dalam survey, Jokowi meraih 92 %. Tokoh nasional terpopuler di bawah Jokowi adalah Jusuf Kalla (91.8 %), Megawati (91.3 %), Aburizal Bakrie (82.6 %), Prabowo Subianto (78.7 %), Rhoma Irama (77.9 %), Wiranto (75.8 %. Surya Paloh (73.6 %), Hatta Rajasa (65.9 %), Sutiyoso (61.5 %), Sri Sultan HB X (59.5 %), Anis Matta (59.1 %), Hidayat Nur Wahid (58.7 %), Edhie Baskoro Yudhoyono (56.2 %), Yusril Ihza Mahendra (51.8 %).
Dari hasil survei Median, responden memilih sifat merakyat dianggap paling penting sebesar 82.7 %, diikuti sifat jujur sebesar 27.5 %, tegas 43.6 %, dan pandai 42.5 %.
Metodenya, multistage random sampling, margin error 2.5 %, dan tingkat kepercayaan publik 95 %.
Sebelumnya, Peneliti Maarif Institute for Culture and Humanity, Endang Tirtana mengatakan tampilnya wajah-wajah segar dalam kancah capres 2014 diharapkan dapat mewarnai lagi perpolitikan di tanah air. Sehingga Indonesia terhindari dari istilah 4 L (lu lagi lu lagi).
Menurut Endang, banyak fakta sejarah yang membuktikan, bukan tidak mungkin kepemimpinan bisa diambil oleh anak muda idealis. Negara demokrasi seperti Amerika Serikat misalnya dengan naiknya John F Kennedy (usia 43 tahun) atau yang lebih muda Theodore Roosevelt (usia 42 tahun), atau Atifete Jahjaga Presiden perempuan dari Kosovo di usia 36 tahun. “Tidak hanya itu, misal upaya mendukung anak muda terlibat dalam politik ditunjukkan oleh Wali Kota Palestina yang menunjuk Bashaer Othman, seorang remaja putri berusia 16 tahun untuk menggantikan posisinya selama dua bulan. Indonesia sendiri memiliki Presiden muda tahun 1945 yakni Ir Sukarno (usia 44 tahun),”ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut Endang juga menjelaskan mengenai Gerontrokasi yang diadopsi dari bahasa Inggris “gerontocracy” merupakan praktek sejak zaman Yunani kuno yang berarti sebuah kekuasaan yang dipimpin oleh mayoritas kaum tua. **cea
Menurut Martin, kemenangan Jokowi dalam Pilgub DKI Jakarta juga tidak bisa lepas dari peran Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Karena itu, Gerindra puas mencalonkan Jokowi dan Ahok pada Pilgub DkI tahun lalu. “Karena mereka bisa melakukan perubahan di DKI yg akan menginspirasi perubahan di daerah-daerah lain,” tambahnya
Martin tidak membantah masyarakat akan memilih Jokowi jika dapat mempertahankan kinerjanya sebagai Gubernur DKI 4 tahun kedepan seperti sekarang ini. “Apalagi negara kita yang sangat majemuk ini, harus dipimpin oleh pemimpin yang kuat,” ungkapnya.
Namun, kata Martin, bila waktunya tidak tepat, akan merugikan Jokowi sendiri. Sebab memimpin Indonesia tidak sesederhana memimpin Jakarta. Indonesia sangat besar dan sangat majemuk. Sehingga perlu ada strategi yang jitu untuk membangun NKRI ke depan. “Diperlukan kepemimpinan yang kuat, arif dan tegas. Negara-negara di Timur Tengah yang luasnya tidak sebesar Indonesia, sudah terdiri 28 negara, padahal, budaya, bahasa, makanan dan agamanya hampir sama,” paparnya.
Untuk itu, kata anggota Komisi III DPR ini, Jokowi sebaiknya menggunakan masa jabatannya yang 4,5 tahun kedepan untuk berhasil memimpin Jakarta. Sekaligus belajar untuk lebih memahami Indonesia yang sangat plural ini. “Gerindra berrncana akan mencalonkan Jokowi pada Pilpres thn 2019 yang akan datang, sesudah berhasil menjadi Gubernur DKI Jakarta menggantikan Prabowo Subianto yang akan jadi capres Gerindra pada tahun 2014 nanti,” tuturnya.
Belum Bahas
Ditempat terpisah, Sekjen PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo menegaskan PDI Perjuangan sampai saat ini belum pernah membahas, apalagi membicarakan masalah capres 2014. “Prinsipnya PDI Perjuangan belum bahas secara khusus soal capres 2014,” ujarnya.
Menurut Tjahjo, partai pada saat ini sedang berjuang untuk memenangkan pemilihan legislatif. Karena kemenangan pilleg ini akan menjadi salah satu syarat mengusung capres. “Sekarang lagi konsentrasi pileg dulu,” tegasnya
Sementara itu, Sekjen PPP, M Romahurmuziy saat ditanyakan soal capres PPP, enggan berkomentar, apalagi masalah capres ini dinilai masih terlalu jauh. “Saya no comment dulu,” ujarnya
Menurut pria yang akrab disapa Romy ini, masih terlalu pagi apabila sekarang membicarakan soal calon presiden. “Kepagian komentar soal capres,” pungkasnya. (gam/cea/abd)