SAMPANG – Jembatan di Dusun Tadunan Desa Banjar Kecamatan Kedungdung Kabupaten Sampang roboh karena sudah termakan usia. Hingga saat ini, jembatan yang dibangun secara swadaya masyarakat itu diperkirakan sudah berusia 25 tahun, hingga mengalami kerusakan parah dan tak bisa dipergunakan oleh warga setempat dan sekitarnya.
Robohnya bangunan jembatan tersebut sudah berkisar selama satu minggu lalu. Pada mulanya jembatan saat dibangun dengan swadaya masyarakat itu dilewati sebuah truk yang hendak menyeberangi perbatasan dari Desa Banjar ke Desa Ombul Kecamatan Kedungdung. Karena tak mampu menahan beban truk, jembatan roboh bersama truk tersebut. Dalam kejadian itu nyaris terjadi korban nyawa. Sopir truk tertimbun reruntuhan jembatan, namun keberuntungan masih berpihak kepadanya. Sopir itu masih bisa diselamatkan dan dikeluarkan oleh warga dari reruntuhan bangunan jembatan tersebut.
Hingga kini beberapa warga sekitar terlihat bahu membahu untuk kembali membangun jembatan itu agar masyarakat desa setempat dan sekitarnya kembali bisa melewatinya. Jembatan tersebut sangat berguna bagi anak-anak yang hendak sekolah di seberang jembatan, berguna juga bagi warga ketika melakukan aktivitas perekonomian, baik warga setempat dan warga desa tetangga.
Bahkan, menurut H.Wakib (40), warga Desa Banjar Kecamatan Kedungdung, sejak Jembatan Sungai Gengsean Batu Bejeh tersebut dibangun, tak ada bantuan sama sekali dari pemerintah setempat. Sehingga warga harus bergotongroyong membangun jembatan agar bisa menunjang aktivitas warga.
“Mulai sejak dulu dibangun dengan swadaya, karena belum ada bantuan dari pemerintah,” ujarnya, Minggu (12/5).
Tak hanya itu, semenjak robohnya jembatan yang merupakan akses pertama di desa tersebut, warga beralih ke jalan lainya meski dengan kondisi jalan rusak bergelombang dengan jarak tempuh hampir 1,5 kilo meter. “Warga muter dari sini pak, lewat jalan satunya dan itu pun jalannya rusak,” imbuhnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Mastuki (35), warga desa setempat. Ia menjelaskan warga saat melintasi jembatan itu memang harus lebih ekstra hati-hati karena tak ada kayu pegangan tangan. Warga yang menggunakan kendaraan tak jarang merasa ketakutan ketika menyeberangi jembatan tersebut. Karena itulah, warga berharap pemerintah segera memerhatikan akses jalan tersebut.
“Warga sini juga takut untuk menyeberangi jembatan, Pak. Apa lagi yang memakai kendaraan harus turun, soalnya takut jatuh, mungkin karena tidak adanya besi atau kayu untuk pegangan tangan itu,” terangnya.
Satu-satunya harapan, lanjut dia, pemerintah hendaknya mengambil alih memperbaiki jembatan tersebut agar warga yang melewati jembatan itu tidak merasa terancam.
“Ya, semoga saja ini pemerintah tahu kalau jembatan ini butuh bantuan, agar warga mulai menyebrang dengan baik dan aman,” imbuhnya. (ryn/msa/rah)