JAKARTA-Pemerintah optimis mampu meredam laju inflasi pasca kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Keyakinan ini tidak terlepas dari agenda pemerintah yang akan meningkatkan intensitas operasi pasar untuk meredam kenaikan harga barang kebutuhan pokok. “Kami optimistis. Kami akan menjaga distribusi harga pangan, karena biasanya menjelang puasa Ramadhan harga makanan akan naik. Pasti akan ada koordinasi kesiapan dan distribusi pasokan,” ujar Wakil Menteri Keuangan, Anny Ratnawati di Jakarta, Rabu (19/6).
Melalui langkah antisipatif tersebut, jelas Anny, maka laju inflasi akan bisa ditekan, sehingga masyarakat bisa memenuhi kebutuhan selama Ramadhan. Dia berharap, rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubisidi juga tidak mendorong inflasi ke atas. “Mudah-mudahan tidak ada kenaikan harga pangan yang mengganggu, karena harga pangannya bisa dikendalikan. Sekarang ini relatif baik,” tutur Anny.
Menyinggung soal kenaikan sejumlah harga pangan di beberapa daerah, Anny mengaku tidak akan membahas persoalan ini agar tidak memicu ekspektasi berlebihan di pasar. “Saya tidak bisa bicara mengenai itu, karena nanti kaitannya dengan expectation inflation. Nanti BPS (Badan Pusat Statistik) pasti akan hitung inflasi,” kilahnya.
Lebih lanjut jelas Anny, sejauh ini pemerintah akan lebih terkonsentrasi pada upaya mensosialisasikan rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM. Dia mengatakan, sosialisasi akan dilakukan oleh seluruh kementerian dan lembaga (K/L) dengan menggunakan anggaran dari masing-masing K/L. “Dana sosialisasi dari K/L masing-masing. Itu menggunakan alokasi anggaran yang ada,” kata Anny sembari menyebutkan, K/L akan memanfaatkan anggaran rapat sebagai dana sosialisasi kenaikan harga BBM, sehingga tidak menambah anggaran untuk sosialisasi.
Salah satu contoh sosialisasi kenaikan harga BBM yang tengah dilakukan pemerintah dengan memberi pesan singkat (SMS) yang bekerjasama dengan sepuluh operator telepon selular.
Aman
Sementara itu di tempat terpisah, Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan mengatakan, hingga kini harga produk-produk pangan masih terbilang aman. Hanya saja, jelas Gita, harga pangan yang mengalami kenaikan hanya daging sapi. “Harga dipastikan aman. Untuk cabai masih Rp25 ribu per kilogram (kg), daging ayam masih aman Rp25 ribu/kg. telur ayam masih aman, bawang putih Rp15-18 ribu/kg. Makanya, kami berbicara stabilitas harga. Semuanya aman, kecuali daging sapi,” ungkap Gita di Jakarta, Rabu (19/6).
Menurut Gita, sejak mengalami lonjakan harga beberapa bulan terakhir, saat ini harga daging sapi memang masih tinggi. Namun, lanjut dia, untuk mengantisipasi peningkatan harga yang lebih tajam, pemerintah akan menambah pasokan melalui impor. “Daging sapi akan diimpor sebanyak 30 ribu ton. Nanti awal Juli ini,” jelasnya.
Langkah yang akan ditempuh pemerintah ini, kata dia, terkait dengan usaha pemerintah dalam menekan inflasi menjelang puasa Ramadhan dan kenaikan harga BBM. “Kami akan terus menjaga stabilitas harga untuk menghindari kenaikan inflasi,” imbuhnya. (gam/bud)