JAKARTA-Keputusan pemerintah menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dipastikan akan diikuti perbankan dengan menaikan suku bunga, baik di sektor pendanaan maupun kredit. Namun kalangan pengamat meminta perbankan agar tidak menaikan suku bunga, mengingat perbankan masih bisa mencetak keuntungan.
Direktur Mikro and Retail Banking Bank Mandiri Hery Gunardi mengatakan, jika pada bunga cost of fund naik maka otomatis bank akan menaikkan bunga kredit juga. “Naiknya harga BBM, pasti ada efeknya ke perbankan,” ujar Gunardi usai acara peluncuran fitur layanan transaksi online kartu Mandiri Debit, di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (26/6).
Namun demikian, Gunadi tidak bisa memastikan, berapa besaran persentase kenaikan pada suku bunga tersebut karena perbankan masih melakukan perhitungan.
Hery meyakini untuk penyaluran kredit Bank Mandiri khususnya di sektor mikro sendiri, masih akan tercapai sesuai dengan target di 2013 ini. “Untuk penyaluran kredit mikro sendiri secara portofolio saat inikan sudah mencapai 21 triliun rupiah hingga 22 triliun rupiah. Kami berharap pada akhir tahun ini penyaluran kredit mikro bisa terjaga sesuai dengan target yakni sebesar 27 triliun rupiah- 28 triliun rupiah,” jelas dia.
Selama ini kata Gunadi, penyaluran kredit mikro lebih banyak dilakukan oleh pedagang, yakni dengan tingkat rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL”) sebesar 3,5 persen. “Kebijakan BBM bersubsidi ini juga tidak akan berdampak secara jangka panjang terhadap penurunan tingkat pengajuan kredit oleh nasabah. Mungkin dampaknya hanya tiga sampai lima bulan sajalah,” imbuh dia.
Masih Untung
Sementara itu, pengamat ekonomi Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Eko Listiyanto meminta BI menekan perbankan agar tidak menaikkan suku bunga kredit terlampau tinggi. Sebab dampak kenaikan suku bunga kredit akan memukul pertumbuhan sektor riil, termasuk laju pertumbuhan kredit perbankan itu sendiri. “Perbankan tetap bisa meraih keuntungan meskipun tidak menaikkan suku bunga kredit pasca kenaikan suku bunga acuan atau BI Rate menjadi enam persen maupun kenaikan harga BBM bersubsidi,” jelas dia.
Dia mengatakan, spread atau jarak antara bunga kredit dan bunga deposito perbankan masih relatif tinggi, yakni dikisaran enam persen. Dengan spread yang demikian tinggi, bank masih bisa memperoleh keuntungan meskipun hanya menaikkan bunga dana, tanpa menaikkan bunga kredit. “Bank bisa menekan efisiensi di sektor lain. Tapi memang sepertinya kenaikan bunga kredit sulit dielakkan perbankan, karena bank memiliki target laba yang perlu dicapai,” kata dia.
Sementara itu secara terpisah, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Difi Ahmad Johansyah, mengatakan belum mengetahui seberapa jauh kenaikan BI Rate akan atau telah direspon perbankan dengan menaikkan bunga dana dan kreditnya. “Kami akan tunggu laporan dari bank. Namun sepertinya industri perbankan masih hitung-hitung akan menaikkan bunga kredit di sektor yang mana. Meskipun sebenarnya sebelum BI Rate naik, beberapa bank ada juga yang sudah menaikkan suku bunganya,” jelas Difi. (gam/abd)