JAKARTA-Survei terbaru lembaga penelitian ternama Center for Strategic and International Studies (CSIS) memperlihatkan bahwa bakal calon presiden (capres) yang juga Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto keok dari bakal capres dari PDI Perjuangan, Joko Widodo yang akrab disebut Jokowi. Angkanya pun sangat telak.
Prabowo menjadi orang yang paling keras mengkritik dan mencerca Jokowi sejak Gubernur DKI Jakarta itu menyatakan siap melaksanakan mandat Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri untuk menjadi capres pada pemilu presiden dan wakil presiden (pilpres) Juli nanti. Seringkali Prabowo menyebut kata-kata pemimpin boneka atau pembohong dalam kampanyenya. Meski Prabowo tidak menyebut nama, tapi publik meyakini kata-kata itu ditujukan kepada Jokowi. Hanya saja, Jokowi tidak pernah menanggapi serangan-serangan tersebut.
Tetapi serangan demi serangan itu, juga dari kelompok lain, ternyata tidak mempengaruhi popularitas Jokowi dan tidak menurunkan elektabilitas mantan Walikota Solo tersebut. “Jika head to head antara Jokowi dan Prabowo, posisi Jokowi unggul dengan dukungan 54,3 persen dan Prabowo hanya 28,3 persen. Sementara 17,4 persen belum menentukan pilihannya,” kata peneliti dari Departemen Politik dan Hubungan Internasional CSIS, Tobias Basuki, dalam pemaparan hasil survei mereka di Jakarta, Senin (31/3).
Survei CSIS ini melibatkan 1.200 responden yang dilakukan di 33 provinsi sejak 7-17 Maret 2014. Margin of error survei ini sekitar 2,83 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Pemilihan responden dilakukan secara acak dengan proporsi jenis kelamin fifty-fifty.
Dalam perhitungan untuk tingkat nasional, masing-masing provinsi dialokasikan responden sesuai proporsi populasi dari data Badan Pusat Statistik. Mengenai sumber dana, CSIS mengakui bahwa survei ini dilakukan dengan sokongan dana dari eksternal non partai politik ditambah anggaran penelitian dari internal. Tetapi mengenai besarannya tidak disebutkan.
Menurut Tobias, hasil survei itu sejalan dengan survei mengenai calon presiden yang akan dipilih responden jika pemilihan dilakukan pada saat ini. Hasilnya, nama Jokowi berada di posisi puncak dengan dukungan sebesar 31,8 persen, disusul Prabowo Subianto (14,3 persen), dan Wiranto (10,3 persen). Sedangkan tokoh-tokoh lain seperti Aburizal Bakrie, Megawati Soekarnoputri, dan Jusuf Kalla hanya mendapat dukungan di bawah 10 persen.
Nama Jokowi juga tetap berada di atas dengan 45,7 persen saat ditandingkan dengan dua bakal capres dari Golkar dan Gerindra. Dalam skenario ini, Aburizal Bakrie hanya mendapat dukungan sebesar 14 persen dan Prabowo Subianti sbeesar 23,6 persen.
Sementara itu, Guru Besar FISIP UI, Mohammad Budiyatna meminta masyarakat untuk hati-hati dalam menentukan capres pada 2014 ini. Kesalahan dalam memilih akan merugikan masyarakat sendiri. “Saya melihat di televisi, ada capres yang bergaya Hitler dan pasti otoriter. Gaya kepemimpinan seperti ini tidak cocok tumbuh dalam demokrasi Indonesia,” jelasnya.
Namun demikian, Budiyatna enggan menyebut nama capres yang bergaya Hitler itu. “Saya pikir, kita semua tahulah. Masyarakat juga sudah cerdas,” ujarnya.
Lebih lanjut, dia mengeritik sikap capres yang melakukan kritik secara vulgar kepada pesaingnya. “Ini menjurus ke persaingan tidak sehat,” pungkasnya