
Penulis : Yanuar Arifin
Penerbit : Diva Press
Cetakan : I, Agustus 2015
Tebal : 220 hlm.
ISBN : 978-602-255-946-7
Imam Abu Hanifa, Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Hanbali merupakan empat ulama yang terkenal kealimannya. Bahkan, di kalangan ahlussunah wal jamaah, keempatnya menjadi rujukan syariat fiqih.
Pada suatu hari, Ibnu Hubairah, seorang pembesar Dinasti Umayyah, menawarkan kepada Abu Hanifah suatu jabatan penting untuk wilayah Irak. Dengan jabatan itu, sang ulama nantinya diberi wewenang untuk meloloskan setiap kebijakan dan setiap harta yang keluar dari kas negara. Namun, Abu Hanifah dikenal sebagai sang ahli fiqih yang wirai ini berhasil menolaknya dengan lembut.
Hanya saja, Ibnu Hubairah langsung bersumpah bahwa jika Abu Hanifah tetap menolak, maka ia akan menyiksa dan membunuhnya (hlm. 22). Akibat penolakan tersebut, Abu Hanifah harus rela ditangkap pihak penguasa. Ia dijebloskan ke jeruji besi dan disiksa terus menerus hingga petugas penyiksa mengaku menyerah dan khawatir bila sang imam tewas (hlm. 23).
Sejak kecil, Imam Malik terbiasa hidup dalam keprihatinan. Sebab, sang ayah, yakni Anas bin Malik, yang juga merupakan ulama dan ahli hadits masyhur pada masa itu, hanya bekerja sebagai pembuat anak panah untuk menghidupi keluarga (hlm. 74).
Sementara itu, Imam Syafi’i dan Imam Hanbali dibesarkan tanpa adanya seorang bapak. Ibu Imam Syafi’i merupakan sosok yang sangat miskin. Hanya saja, ia memiliki keinginan kuat agar anaknya mampu menguasai ilmu agama. Terlebih, meski terlahir sebagai seorang anak yang yatim dan miskin, Imam Syafi’i merupakan anak yang memiliki darah orang besar.
Sebagaimana Imam Syafi’i, Imam Hanbali juga dibesarkan oleh seorang ibu yang sangat cinta kepada ilmu agama. Ia lebih memilih hidup menjanda dalam usia muda agar bisa fokus mengurus anaknya dalam menuntut ilmu agama.
Demikian nukilan kisah perjalanan pengembaraan ilmu empat imam mazhab yang hingga kini ilmunya masih dipakai. Dengan menyimak buku ini, pembaca selain mendapatkan informasi sejarah juga akan termotivasi untuk semangat belajar (bagi anak-anak) ataupun mendukung belajar (bagi orang tua).
Selamat membaca! [*]
Oleh: Anton Prasetyo
Alumnus Ponpes Nurul Ummah Yogyakarta