
Penulis : Wisnu Prasetyo Utomo & Tim Kick Andy
Penerbit : Bentang
Cetakan : I, Februari 2015
Tebal : x + 162 halaman
ISBN : 978-602-291-090-9
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya. Kalimat bijak ini tepat jika disematkan kepada para peraih Kick Andy Heroes Award yang ada di dalam buku ini. Mereka diibaratkan sebagai lilin-lilin yang memberikan cahaya di tengah kegelapan dan menerangi lingkungan sekitarnya. Salah satunya adalah dr. Lie Agustinus Dharmawan.
Hidup dengan segala keterbatasan ekonomi dan diskriminasi terhadap etnis Tionghoa tak menyurutkan Lie kecil untuk mengejar impiannya. Kondisi keluarganya yang miskin membuat ia kerap merasakan kelaparan. Bahkan, adik bungsunya yang berusia setahun meninggal dunia setelah menderita penyakit diare dan tak memiliki biaya untuk berobat. Inilah salah satu alasan yang membuat Lie bercita-cita ingin menjadi dokter.
Lie pun berusaha merealisasikan mimpinya dengan bekerja keras agar bisa bertahan hidup, dan belajar giat agar bisa menjadi dokter sebagaimana yang dicita-citakan. Saat duduk di bangku kuliah, berbagai pekerjaan dilakoninya, mulai menjadi kuli bongkar muat barang kantor pos, sampai bekerja di sebuah panti jompo (hal 76-77).
Akhirnya, Lie berhasil mewujudkan impiannya menjadi dokter. Sebenarnya bila mau, ia bisa hidup nyaman dengan profesinya tersebut. Tapi itu tak dilakukannya. Ia justru keluar dari berbagai kenyamanan hidup dan memilih berjuang membantu rakyat kecil yang butuh biaya berobat tapi terkendala masalah biaya. Lie masih ingat dengan nasihat sang ibu, “Lie, kalau kamu sudah jadi dokter, jangan memeras orang kecil. Mereka akan membayar berapa pun, tetapi diam-diam menangis di rumah karena tidak ada beras (makanan)”.
Salah satu bentuk kepedulian sosial yang direalisasikan pria kelahiran Padang, 16 April 1946 ini bersama rekan-rekannya adalah membangun Rumah Sakit Apung (RSA). Rumah sakit yang menggunakan kapal laut sebagai ruangan untuk pelayanan kesehatan ini adalah sebuah program yang dirancang untuk menjawab kebutuhan masyarakat pra-sejahtera di pulau terpencil Indonesia yang sulit mendapat layanan medis karena kendala geografis dan finansial (hal 64). [*]
Oleh: Sam Edy Yuswanto
Penulis lepas, bermukim di Kebumen.