Menitis Rongga Sepasi
Setangkai kamboja mendekap pusara
penanda hening kisah: tak rekah
antara kita, waktu serta bilangan senja
yang menjerit ditopang jemari rapuh
melukis kias beribu rasa tak terhantar
Akut kita terajam duka melara
membisu, terlekang riak gejolak
hingga deras rinai mengitari lesung
menelaga, membasahi bilik-bilik hampa
menelanjangi jiwa nan kian terpekur
Dan patutkah nestapa mengkilang risalah
yang tersemat merajai binar pesona aksara?
sementara kita tetap memunggungi segumpal rona
berkaca pada seraut wajah egosentris
menunggangi dilema, menabur prasangka
seraya memintal belas kasih semesta
Terasakah, di tiap retakan tertimang
degupan semu; ternamai ku dan mu
liar menghentak, serupa meski tak selaras
seakan menanti kembali padu dalam ruang biru?
entah: dibalut terka
atau bagimu kini ronaku hanya menitis
pada rongga sepasi: mungkin!
2015
Serenade Dawai Picisan
Deras rerintik membasahi jiwa
mengulas elegi kian menderma sesudut relung hampa
tiwikrama selaksa tempias pasang;
menyosok bah, menggenangi pelataran dermaga cinta
Mekar ribuan bunga tetaman koyak
digulung buih-buih mengombak
layaknya hembusan napas akar-reranting jingga:
tercekat, mengiring tumbang rindang pepohonan
gugur rimbun dedaunan memusarai pustaka kenang
Aku tenggelam dibingkai purnama lindap
serupa kastanye tua, limbung bertabur onak
hingga riak senandung rinai membumi
bersolek menyapa akalku
menghambur citra di hampar bebukit dilema
menguras letih jemari; ringkih
memetik segenap notasi banal
utuh merangkai serenade sumbang
bergelantungan di senar-senar dawai picisan
2015
Fernanda Rochman Ardhana
Lahir di Jember, 27 Februari 1991. Beberapa karyanya terbit dalam buku antologi bersama puisi dan cerpen, seperti Seremoni Pacar di Pintu Darurat (2015,) Mata Matahari (2015), dll. Serta pernah termuat di berbagai media cetak.