JAKARTA, koranmadura.com – Aksi demonstrasi 4 November 2016 telah memakan satu korban jiwa. M Syachrie Oy Bcan (55), warga Banten, meninggal dunia setelah dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD).
Koordinator Medis ‘Aksi Bela Islam’, Yusuf Muhammad, mengatakan, Syachrie meninggal akibat terkena tembakan gas air mata.
Yusuf mengatakan, peluru gas air mata ketika itu jatuh di dekat Syachrie. Akibatnya, Syachrie yang sedang berjejal tengah ribuan massa aksi kesulitan bernafas. Ini ditambah dengan kondisi tubuh Syachrie yang lelah karena mengikuti aksi sejak awal.
“Peluru itu jatuh dekat dengan korban. Akibat suasana yang penuh, oksigen yang diambil oleh almarhum menjadi terbatas. Apalagi gas air mata memang bisa membengkakan saluran pernafasan,” kata Yusuf dalam konferensi pers di Restoran Pulau Dua, Jakarta, Sabtu (5/11/2016).
Yusuf mengatakan, kematian Syachrie bukan disebabkan karena menderita asma. Menurut penuturan istri Syachrie, kata Yusuf, mendiang tak memiliki riwayat asma selama hidup.
“Istrinya mengatakan, dia tidak asma. Semua baik-baik saja,” kata Yusuf.
Selain Syachrie, lanjut Yusuf, ada 164 korban lainnya yang dirawat di rumah sakit. 130 korban dirawat karena terkena gas air mata.
“Sebagian besar terkena gas air mata. Tapi bukan hanya itu, ada juga yang luka, terkena benturan, memar. Ada juga yang dioperasi karena kena pukulan,” ucap Yusuf.
Pihak kepolisian membenarkan ada satu korban jiwa atas nama M Syachrie yang meninggal karena asma. Tidak ditemukan ada luka-luka atau tanda kekerasan di tubuh Syachrie.
Pada aksi Jumat kemarin, kerusuhan terjadi setelah pukul 19.00. Pedemo diminta untuk membubarkan diri, namun menolak. Hingga akhirnya pihak keamanan menembakkan gas air mata.
Tercatat, 21 kendaraan, baik milik TNI-Polri atau umum dirusak, tiga kendaraan di antaranya dibakar. Sementara itu, demonstran yang mengalami luka berjumlah 250 orang.
Sebanyak 100 orang di luar demonstran juga mengalami luka. 100 orang itu terdiri dari 79 personel Polri (11 di antaranya dirawat inap), 15 masyarakat umum, 5 personel TNI dan 1 personel Pemadam Kebakaran.
Presiden pun Joko Widodo menuding ada aktor politik yang menunggangi aksi unjuk rasa itu.
“Kita menyesalkan kejadian ba’da Isya yang harusnya sudah bubar tapi menjadi rusuh. Dan ini sudah ditunggangi aktor-aktor politik yang memanfaatkan situasi,” kata Jokowi dalam jumpa pers usai rapat terbatas di Istana Merdeka, Jakarta, Sabtu (5/11/2016) pukul 00.10 WIB.
Sumber: KOMPAS.com
