SAMPANG, koranmadura.com – Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Kemendikbud RI, Hamid Muhammad menyatakan pemerintah telah menyiapkan Rp 70 triliun setiap tahun untuk kesejahteraan para guru di Indonesia. Meskipun begitu, gaji guru honorer ternyata masih tidak layak.
Misalanya di Sampang, Madura, Jawa Timur, gaji guru honorer hanya berkisar Rp 400-500 ribu per bulan. Di Sumenep guru honorer lebih rendah lagi, hanya Rp 350 ribu per bulan. Hal itu diungkapkan Hamid Muhammad ketika menghadiri rumah guru honorer di SMAN 1 Torjun mendiang Ahmad Budi Cahyanto, yang meninggal dunia akibat dianiaya oleh muridnya sendiri baru-baru ini.
“Makanya yang perlu dipersiapkan saat ini adalah Pemda untuk menyiapkan rencana karena guru honorer ini mengajar di sekolah-sekolah pemda. Kalau kami dari Kemendikbud dengan alokasi Rp 70 triliun itu sudah sangat besar. Makanya, harus berbagi, karena guru dan sekolah sekarang itu milik pemda, bukan milik Kemendibud,” tuturnya.
Menurutnya, anggaran 70 miliar rupiah tersebut dibagi dua. Untuk guru yang berstatus Pegawai Negeri (PNS) sebesar Rp 62 triliun. Sedangkan untuk guru swasta yang sudah sertifikasi sebesar Rp 8 triliun. Sedangkan guru honorer di sekolah negeri sama sekali tidak mendapatkan anggaran dari Kemendikbud. “Kami sebagai pembina pendidikan tetap akan memikirkan jalan keluar untuk para guru honorer,” tandasnya.
Rendahnya gaji guru honorer diakui oleh Septian, salah seorang guru BK honorer SMAN 1 Torjun. “Iya, memang begitu gajinya, Mas. Itu memang benar kenyatannya,” tutur Septian, Senin, 5 Februari 2018.
Saat dikonfirmasi Kepala UPT Disdik Provinsi Jawa Timur Cabang Kabupaten Sampang, Assyari mengatakan, gaji guru honorer berdasarkan kebijakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim harusnya sebesar Rp 750. “Namun kebijakan itu masih belum terealisasi. Sedangkan untuk gaji yang disebutkan sebesar Rp 400 hingga Rp 600 sebagaimana diberitakan itu mending langsung klarifikasi ke sekolahnya, karena itu kebijakan dari sekolah,” kilahnya. (MUHLIS/RAH)