KEDIRI, koranmadura.com – Kiai dan pengasuh pondok pesantren Nahdlatul Ulama menawarkan konsep deradikalisasi untuk menangani terorisme dalam kondisi luar biasa. Bentrokan di Mako Brimob yang menewaskan lima personel polisi pada Selasa, 8 Mei lalu mengundang keprihatinan warga NU.
Ketua Asosiasi Pondok Pesantren Nahdlatul Ulama Jawa Timur, Gus Reza Ahmad Zahid mengatakan penanangan terorisme di Indonesia membutuhkan peran lebih besar dari tokoh agama. Persoalan ini tak cukup diselesaikan melalui pendekatan hukum dan sosial karena menyangkut keyakinan seseorang.
“Ini persoalan besar yang membutuhkan peran tokoh semua agama, karena terorisme tak hanya terjadi di umat Islam,” kata Gus Reza kepada Tempo pada Jumat, 11 Mei 2018.
Pengasuh Pondok Pesantren Al Mahrusiyah Lirboyo Kediri ini mengatakan ada tiga tahapan yang bisa dilakukan pemerintah kepada para teroris yang sudah ditangkap. Pertama, membuka ruang diskusi seluas-luasnya kepada mereka dengan melibatkan tokoh agama yang memiliki kemampuan cukup. Pemahaman mereka tentang konsep agama dan keyakinan harus dibedah dan didudukkan dengan pendekatan keilmuan.
Jika tahapan itu sudah dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah membuka kondisi sosial dengan terbuka. Mereka harus melihat sikap dan reaksi masyarakat atas gerakan maupun faham yang mereka yakini untuk menunjukkan bahwa apa yang mereka lakukan lebih banyak merugikan dan mengorbankan masyarakat. “Jika kedua tahapan itu sudah dilakukan dan berhasil, baru dilakukan indoktrinasi sebagai langkah ketiga,” kata Gus Reza.
Indoktrinasi ini adalah menancapkan konsep Islam Rahmatan Lil Alamin yang memberi rahmat dan keselamatan bagi semesta alam. Termasuk kepada semua manusia yang memiliki keyakinan berbeda dengan ajaran Islam.
Konsep yang sama disampaikan pengasuh Pondok Pesantren Al Amin Ngasinan, Kiai Anwar Iskandar. Kiai sepuh NU ini meminta pemerintah mengevaluasi konsep deradikalisasi agar mencapai hasil maksimal. “Jangan sampai ketika mereka masuk penjara justru makin tak terkendali,” kata dia.
Anwar juga mengimbau kepada Badan Nasional Penganggulangan Teroris (BNPT) untuk lebih intensif menggandeng lembaga agama dalam melakukan upaya deradikalisasi. Menurut dia, ideologi harus dilawan dengan ideologi agar tak makin berkembang masif.
Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo Kiai Abdul Muid berpendapat sama. Ia meyakini jika tak ada satupun manusia di muka bumi yang tak bisa diajak bicara. “Tidak ada orang yang dilahirkan radikal. Jika konsep itu bisa masuk ke pemikiran mereka, kita bisa memasuki alam pikiran mereka dengan pendekatan tepat,” kata dia.
Sementara itu, insiden di Mako Brimob yang menewaskan lima anggota Polri itu terus menuai simpati masyarakat. Pada Jumat kemarin, jemaah salat Jumat di Masjid Agung Al Munawar Tulungagung melakukan shol.