Siapa masyarakat negeri ini yang tak mengenal sosok Prof. Dr. Mahfud MD. Siapa pula yang tak mengetahui integritas dan moralitas mantan Ketua MK kelahiran Madura itu. Masyarakat Indonesia yang melek baca atau masih berkesempatan menyaksikan media elektonik hampir pasti mengenalnya.
Mahfud MD harus diakui di negeri seakan mewujud menjadi standar moral masyarakat. Tak hanya kebersihan dari pernik-pernik bernama korupsi. Mahfud juga sangat dikenal sebagai sosok berpikiran obyektif, jernih.
Sisi lain yang jarang dimiliki elite pemimpin lain negeri ini adalah keberaniannya dalam menyampaikan pikiran yang diyakini benar. Ia seakan dalam menyampaikan pemikiran dan sikap berlandaskan hadist Nabi Muhammad “sampaikan kebenaran itu walau terasa pahit.” Ia juga bertindak dan tak sekedar berkata-kata yang diperlihatkan ketika menjadi Ketua MK.
Simak ketika memberikan penilaian kepada sosok Presiden Jokowi. Walau baru saja gagal menjadi Cawapres di menit-menit terakhir –sesuatu yang bagi kebanyakan orang pasti menyakitkan dan menimbulkan dendam- Mahfud tak kehilangan pikiran jernih dan obyektifnya. Secara terbuka memberikan penilaian obyektif bahwa Presiden Jokowi itu yang diketahuinya paling tidak memiliki tiga kebaikan. Pertama, bersih dari korupsi. Anak-anak dan keluarganya tak memanfaatkan kekuasaan Presiden Jokowi.
Dengan lantang Mahfud yang pernah memimpin lembaga bergengsi Mahkamah Konstitusi memaparkan pengalaman bekerja sama dengan Presiden Jokowi. Belaiu mengakui bahwa betapa Presiden Jokowi memiliki ketegasan seorang pemimpin. Lalu, yang tak dapat dilupakan responnya sebagai Presiden yang sangat cepat. “Hari ini saya menyampaikan masalah, besok sudah selesai,” katanya, menceritakan masalah seorang anak yang membela diri menghadapi begal sepeda motor, sehingga menyebabkan si begal meninggal dunia namun justru dijadikan tersangka. Beruntung setelah ditangani Presiden Jokowi, anak yang berani itu tak lagi jadi tersangka bahkan mendapat penghargaan dari kepolisian.
Sebagai sosok yang dianggap standar moral terkait tahun politikpun Mahfud tak ragu menyampaikan pemikiran jernihnya. Ia belakangan memberikan masukan kepada masyarakat agar jangan memilih orang jahat, ketika berlangsung proses pemilihan pemimpin di negeri ini. Pernyataan beliau yang sebenarnya normatif itu sempat viral dan menjadi perbincangan dunia media sosial.
Masyarakat negeri ini yang berpikir jernih dan jauh dari perangkap kebencian tentu senang mendapat semacam referensi siapa sosok pemimpin yang layak dipilih. Apalagi pernyataan Mahfud sangat simple dan mudah dipahami.
Kalimat “Jangan memilih orang jahat,” sangat mudah dipahami. Masyarakat awampun mudah mengetahui apa kreteria orang jahat itu. Misalnya, bila dikaitkan penegakan hukum orang jahat sudah pasti pernah mendapat sanksi hukum melalui proses pengadilan. Jika pernah memegang jabatan ia tidak amanah, tidak jujur dan bertindak otoriter kepada rakyat yang dipimpinnya.
Karena pernyataan itu disampaikan oleh sosok sekaliber Mahfud, masyarakat Indonesia tak akan ragu mengikutinya. Sebab, Mahfud MD bukan hanya berkata-kata tetapi telah membuktikan sikap dan perilakunya ketika menjadi seorang Ketua MK. Ia bukan sosok pejabat yang bicara manis, berlagak sok religius tapi berperilaku culas menghianati amanah rakyat.
Sebuah parameter kebenaran universal telah disampaikan Mahfud MD. Masyarakat Indonesia yang berpikir jernih, mengedepankan kebenaran dan berpikir bagi kepentingan negeri ini, insya Allah tak akan ragu mengikuti apa yang ditegaskan Mahfud. Ya, yang disampaikannya kebenaran universal dan Mahfud telah menyegarkan ingatan rakyat negeri ini bagaimana memilih pemimpin. “Jangan memilih orang jahat.”