SUMENEP, koranmadura.com – Dalam rangka turut memperingati Hari Pers Nasional (HPN) tahun 2020, Koran Madura berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang jurnalistik dengan siswa-siswi di SMA Miftahul Ulum, Desa Tambaagung Ares, Kecamatan Ambunten, Sumenep, Madura, Jawa Timur, Selasa, 11 Februari 2020.
Suasana pelatihan jurnalistik kali ini berlangsung guyup. Puluhan siswa-siswi yang ikut pelatihan tampak antusias mengikuti pemaparan seputar dunia jurnalistik yang disampaikan Pemimpin Redaksi (Pemred) Koran Madura, Syamsuni.
Sebagai pengantar, pria yang akrab disapa Soe itu menyampaikan dinamika dunia jurnalistik yang terjadi belakangan ini. Khususnya di lingkungan kabupaten paling timur Pulau Madura.
Menurutnya, dalam beberapa tahun terakhir, dunia jurnalistik sedikit “tercemar” oleh keberadaan “wartawan” dadakan yang medianya terkadang sangat asing di mata-telinga publik. Alamat perusahaannya pun sulit dilacak.
Kondisi seperti itu, sambung dia, menjadi tantangan tersendiri bagi wartawan yang betul-betul bekerja sebagai mata publik sekaligus penyambung lidah rakyat. Tentunya di perusahaan pers yang betul-betul jelas legalitasnya.
“Karena sebetulnya menjadi wartawan atau jurnalis itu tidak mudah. Tidak cukup hanya bermodal ID Card yang bisa dibuat dalam hitungan menit. Kenapa tidak mudah? Karena profesi wartawan, jika disandang dengan penuh tanggung jawab, adalah profesi yang mulia,” tegasnya.
Menjadi wartawan atau jurnalis, lanjutnya, butuh keahlian dan keuletan. Tak cukup pandai mengolah kata, tapi juga harus punya komitmen kuat untuk menjunjung tinggi profesionalitas dan idealisme.
“Dan tantangan terbesar profesionalitas wartawan atau jurnalis adalah dua hal; ancaman dan ‘timangan’ oknum-oknum tertentu ketika merasa posisinya kurang diuntungkan. Profesionalitas dan idealisme wartawan terkadang runtuh oleh dua hal tersebut,” tambahnya.
Untuk itu Soe berpesan kepada seluruh peserta pelatihan agar jika kelak ingin bergelut dengan dunia jurnalistik prosesnya harus dimulai dari jauh-jauh hari. Supaya tidak terkesan sebagai “wartawan karbitan”.
“Salah satu ciri ‘wartawan karbitan’ ialah produk tulisannya atau berita yang dibuatnya sulit dipahami meski telah dibaca berkali-kali. Itu bisa terjadi, misalnya, karena saat membuat kalimat tidak jelas subjek, predikat, objek dan keterangannya,” papar dia.
Sekadar diketahui, materi yang disampaikan dalam pelatihan tersebut seputar pengetahuan jurnalistik dasar. Mulai dari mengenal apa itu jurnalistik, berita, hingga bagaimana menulis berita sebelum “dilempar” ke ruang publik. (FATHOL ALIF)