Oleh : MH. Said Abdullah
Ternyata sangat tidak mudah menjaga demokrasi. Selalu ada godaan dan gangguan yang berupaya merusak proses demokrasi. Tak percaya?
Coba melanglang buana ke negara Paman Sam, Amerika Serikat. Negara yang baru saja punya hajat empat tahunan, pemilihan presiden ternyata merasakan langsung godaan dan gangguan pada proses demokrasinya.
Bisa tergambar jelas melalui jaringan informasi dan komunikasi yang makin canggih betapa negara yang dikenal sebagai kampiun demokrasi tak bebas dari jelaga dan kendala. Negara yang sudah 59 kali melaksanakan pemilihan presiden -belum termasuk pemilihan anggota DPR dan senator serta Gubernur -ternyata sempat tersandung. Tak tanggung-tanggung, terjadi pula kericuhan dan tindak kekerasan. Bahkan sempat pendukung salah satu kandidat diberitakan mengepung perhitungan suara.
Jika sekelas Amerika Serikat saja mengalami goncangan dalam menjalankan proses demokrasi, apalagi yang masih balita, baru beberapa tahun. Indonesia misalnya, wajar sempat pula mengalami hiruk pikuk yang menimbulkan nestapa kerusuhan.
Dari kejadian di Amerika Serikat pada era modern sekarang terpapar jelas bahwa selalu ada seseorang, organisasi, kekuatan pressure group dan lainnya yang berusaha merusak dan mengganggu proses demokrasi. Jika terjadi dalam proses pemilu biasanya dilakukan oleh mereka yang tak siap kalah.
Yang berbahaya bila ketakpuasaan diekspresikan tindakan anarkis melalui pengerahan massa pendukung oleh pemimpinnya seperti kasus terbaru di Amerika Serikat. Jelas dampaknya bisa membahayakan keamanan dan kedamaian negara.
Hal manusiawi sebenarnya muncul ketakpuasaan terutama hasil ketika dihitung di luar prediksi para kandidat. Namun tetap rasa yang mewujud kekecewaan itu -demi terjaganya demokrasi dilakukan melalui proses yang telah disepakati bersama.
Para pendukung fanatik mungkin kecewa ketika calon pemimpinnya ternyata kalah. Namun jika pemimpin bersikap dewasa ekspresi pendukung lebih sebagai katarsis semata dan bukan bertujuan merusak keseluruhan demokrasi.
Empat tahun lalu Hillary Clinton kalah setelah proses perhitungan suara. Sempat para pendukung Hillary marah. Kemarahan lebih pada kekecewaan pada terpilihnya Donald Trump bukan pada keseluruhan proses. Hillary bersikap legawa dan menerima hasil akhirnya.
Menjaga dan memelihara proses demokrasi belajar kejadian di Amerika Serikat harus menjadi komitmen seluruh masyarakat. Harus menjadi kesadaran -paling tidak- mayoritas masyarakat dalam satu negara. Sebab selalu ada sosok-sosok seperti Donald Trump, yang tergoda memaksakan kehendak mengorbankan dan merusak demokrasi.
Kepentingan dunia luar terhadap potensi kekayaan sebuah negara merupakan kekuatan yang juga kerap menjadi perusak demokrasi. Mengganggu kedamaian menjadi sasaran antara untuk mengeruk keuntungan sumber alam setelah terjadi kekacauan di negara itu.
Negeri ini perlu mewaspadai kelompok yang membawa idiologi bertentangan dengan demokrasi Pancasila. Mereka mengintai kelengahan masyarakat Indonesia dan berusaha menciptakan kekeruhan dengan merusak keseluruhan proses demokrasi.
Partai politik mutlak harus mengoptimalkan salah satu fungsinya mencerdaskan pemahaman dan kesadaran politik masyarakat dalam berdemokrasi. Perlu tertanam kesadaran bahwa proses demokrasi sekalipun tetap memerlukan berbagai prasyarat seperti kualitas pendidikan, kondisi ekonomi masyarakat relatif sejahtera merupakan mekanisme terbaik untuk menentukan kepemimpinan dalam berbagai tingkatan di sebuah negara.
Ayo jaga demokrasi dari ancaman para petualang politik dan terus diupayakan perbaikan agar negeri ini menjadi lebih baik.