Setiap memperingati hari kemerdekaan negeri ini, yang kini memasuki usia ke 73 tahun selalu mengingatkan tentang perlunya penyegaran dalam memahami khakekat merdeka. Bahwa pada dasarnya merdeka bukan sekedar lepas dari belenggu penjajahan dan lainnya. Merdeka merupakan proses terus menerus dalam wujud ikhtiar menuju pencapaian kehidupan kemanusiaan lebih baik.
Makna lebih baik di sinipun merupakan proses tiada henti. Setiap pencapaian kebaikan selalu diupayakan untuk terus menjadi lebih baik lagi. Yang kurang diperbaiki, yang sudah baik lebih disempurnakan.
Inilah dinamika kehidupan. Selalu bergerak sebagai gambaran riil bahwa memang masih ada kehidupan. Berhenti itu berarti mati, kata Chairil Anwar. Sebuah penegasan bahwa dalam kondisi apapun kehidupan memang harus berjalan.
Sudah tentu perjalanan akan berhadapan pilihan-pilihan sikap. Dan pilihan terbaik mengutif sabda Nabi Muhammad selalu berorientasi pada prinsip hari ini harus lebih baik dari hari kemaren. Hari esok harus lebih baik dari hari ini.
Di sinilah masyarakat negeri ini harus memaknai nikmat kemerdekaan. Pencapaian susah payah dengan pengorbanan darah dan air mata para pahlawan harus diisi berbagai ikhtiar untuk mencapai kehidupan lebih baik sebagaimana menjadi cita-cita ideal para pahlawan. Kemerdekaan merupakan jembatan emas yang akan berarti bila mampu dimaknai kesadaran pemikiran dan upaya mengisinya dengan baik.
Bagi para pahlawan, para perintis kemerdekaan, memaknai kemerdekaan agaknya sudah menjadi bagian dari pilihan hidup. Kesadaran itu telah mendarah daging karena merasakan betapa tak mudah mendapatkan nikmat kemerdekaan. Pengalaman perjuangan itulah yang menjadi fondasi untuk tak akan pernah membuang sedikitpun kesempatan memaknai dan mengisi kemerdekaan.
Secara keterikatan emosional memang harus diakui agak berbeda dengan generasi melenial. Anak-anak muda saat sekarang karena jauh dari pengalaman empirik dalam perjuangan kemerdekaan kesadaran memaknai kemerdekaan kadang jauh dari proporsional. Bahkan bukan hal luar biasa kadangkala jangankan untuk mengisinya, bahkan seringkali mereka alpa menjaga nikmat kemerdekaan yang sudah susah payah diperjuangkan para pahlawan.
Yang paling mudah misalnya, bagaimana menjaga berbagai kekayaan budaya negeri ini. Kadang apresiasi dan kebanggaan pada budaya sendiripun makin memudar. Mudah sekali generasi melenial terserabut dari akar budaya negeri ini dan justru lebih berbangga dengan budaya negeri lain.
Hal-hal yang lebih serius dapat dilihat pula pada persoalan keterikatan dan ketaatan mengaplikasikan ideologi Pancasila. Terasa belakangan ini terjadi erosi ideologis ketika subtansi Pancasila terabaikan sehingga mudah terjebak paham misalnya radikalisme. Ujaran kebenciaan, saling memaki bahkan memfitnah mudah sekali merebak terutama di media sosial.
Nilai-nilai Pancasila dalam bentuk keramahan, ikatan persaudaraan mulai menguap menciptakan jarak antar generasi bahkan antar sesama generasi muda. Bahkan dalam konteks keterikatan moral agamapun budaya Indonesia yang ramah tamah seakan tercampakan berobah menjadi tindakan anarkisme sintaksis (kata-kata) dalam bentuk ujuran kebencian, permusuhan, saling fitnah dan lainnya hanya karena perbedaan pilihan politik.
Upaya pemerintah Presiden Jokowi membentuk unit Badan Pembinaan Ideologi merupakan langkah yang perlu diapresiasi. Demikian pula upaya sungguh-sungguh dari organisasi Nahdatul Ulama yang menyegarkan keislaman khas Indonesia dengan Islam Nusantara dan Muhammadiyah dengan Islam Berkemajuan merupakan bagian dari ikhtiar mengingatkan terutama generasi muda untuk memaknai kemerdekaan berdasarkan nilai-nilai keindonesiaan yang bersumber dari Pancasila dan UUD 1945.
Berinteraksi dengan berbagai budaya negara lain merupakan bagian dari pergaulan masyarakat global yang tak terhindarkan. Namun demikian, prinsip-prinsip dasar kehidupan masyarakat Indonesia, yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, tetap menjadi fondasi sikap kehidupan. Intelektualitas boleh membumbung tinggi tapi akhlaq atau perilaku tetaplah sebagai masyarakat Indonesia, yang terkenal ramah bersemangat persaudaraan.