KORANMADURA.com – Sejak kemunjulannya di pasar smarphone, iPhone sebagai produk dari Apple selalu identik dengan ponsel mahal dan berkualitas. Bahkan diawal-awal menggebrak pasar, tagline iPhone memang lebih menyentuh kalangan elite. Bahkan untuk iPhone XS Max menjadi ponsel keluaran Apple termahal sepanjang sejarah.
Bayangkan, rentang harganya sampai bisa beli sepeda motor Honda Beat keluaran terbaru. Karena dibanderol mulai dari 1.099 dollar AS (Rp 16,4 jutaan) untuk varian memori 64GB, dan yang paling tinggi 1.449 dollar AS (Rp 21,5 jutaan) untuk varian 512GB.
Namun, pernahkah anda bertanya, apakah modal membuat iPhone XS Max memang semahal itu? Atau Apple sengaja menaikkan harga untuk menambah keuntungan dari tahun-tahun sebelumnya?
Berdasarkan analisa dari dari TechInsights, harga asli atau ongkos produksi iPhone XS Max varian 256 GB hanya 443 dollar AS (Rp 6,6 jutaan).
Sementara harga jual varian itu sampai 1.249 dollar AS (Rp 18,5 jutaan). Jika hitungan ini persis, artinya Apple mematok harga jual hampir tiga kali lipat dari ongkos produksi. Kok bisa?
Apa mungkin karena hanya menjual brand yang premium sehingga berani melakukan hal ini?
Rincian harga Lebih detail, TechInsights menjabarkan harga-harga komponen penyusun iPhone XS Max. Panel layar 6,5 inci berjenis OLED merupakan yang termahal, yakni 80,50 dollar AS (Rp 1,2 jutaan).
Selanjutnya, chipset Apple A12 Bionic juga cukup menguras kantong sang pabrikan Cupertino, yakni 72 dollar AS (Rp 1 jutaan) untuk satu unit.
Komponen lainnya seperti penyimpanan internal dan housing eksternal masing-masing menelan biaya 64 dollar AS (Rp 956.000-an) dan 58 dollar AS (Rp 866.000-an).
Peningkatan pada komponen kamera pun terhitung agak mahal, mencapai 44 dollar AS (Rp 657.000-an), sebagaimana dihimpun, Rabu (26/9/2018), dari PhoneArena.
Secara keseluruhan, ongkos produksi iPhone XS Max sebenarnya tak jauh beda dengan iPhone X keluaran 2017 lalu, hanya terpaut sekitar 50 dollar AS (Rp 749.000-an).
Namun perlu dicatat, ongkos ini benar-benar hanya untuk produksi ponsel. Ada banyak unsur lain yang harus diperhitungkan, misalnya biaya riset dan pengembangan, proses distribusi, pemasaran, dan sebagainya. (tribunnews.com/SOE/VEM)
