KORANMADURA.com – Sisa-sisa permukiman kaum bangsawan yang hidup pada zaman Majapahit kembali ditemukan di Kabupaten Mojokerto. Kompleks permukiman elit pada masa lalu itu diperkirakan seluas 500 meter persegi.
Temuan baru ini berada di Dusun Grogol, Desa Dukuhngarjo, Kecamatan Jatirejo. Tepatnya di lahan yang kini dikelola warga setempat untuk kerajinan bata merah dan perkebunan tebu. Oleh sebab itu temuan ini disebut situs Grogol.
Salah satu struktur purbakala yang baru ditemukan berupa umpak berukuran 74 x 74 x 54 cm. Bangunan ini tersusun dari bata merah kuno yang masing-masing berdimensi 34 x 20 x 5 cm. Di sebelah selatannya juga ditemukan 2 umpak dari bata merah berukuran 60 x 60 cm.
“Bangunan kuno ini ditemukan para perajin bata merah. Ada juga bangunan berbentuk pagar sepanjang 5 meter dengan ketebalan 60 cm, pecahan tembikar dan keramik,” kata Anang Budi (34), warga setempat kepada detikcom di lokasi, Senin (1/6/2020).
Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim Wicaksono Dwi Nugroho memastikan struktur dari bata merah yang ditemukan para perajin bata merah berupa umpak. Menurut dia, umpak berfungsi sebagai pijakan tiang penyangga bangunan.
Di lokasi yang sama, dia juga menemukan pecahan tembikar sisa jambangan atau wadah air, ukel atau hiasan pinggir atap rumah, genteng, kendi, porselin atau keramik.
“Kalau titik-titik umpak kami rekonstruksi membentuk bangunan yang besar. Tiang dan dinding terbuat dari kayu, atapnya dari genteng dihiasi ukel dan wuwungan,” jelasnya saat meninjau temuan baru di situs Grogol.
Wicaksono memperkirakan, situs Grogol merupakan sisa permukiman kaum bangsawan pada masa Majapahit. Fragmen keramik atau porselin yang ditemukan di situs ini berasal dari Dinasti Yuan dan Ming yang berkuasa di China pada abad ke 14 dan 15 masehi.
“Dari situ kami perkirakan permukiman ini satu masa dengan kota raja Majapahit. Temuan ini mencirikan kompleks permukiman bangsawan. Adanya sisa-sisa perabotan berbahan porselin atau keramik kita bisa menduga ini sisa permukiman orang kaya atau menengah ke atas. Karena dari segi harga sangat mahal pada masa itu,” terangnya.
Perkiraan itu, lanjut Wicaksono, juga dikuatkan dengan temuan ukel atau hiasan pinggir atap rumah yang hanya ada pada rumah kaum bangsawan zaman Majapahit. Hunian di situs Grogol juga diperkirakan berukuran besar berdasarkan sebaran umpaknya.
“Pola bangunan ini besar sekali. Satu rumah biasanya terdiri dari 30-36 umpak tambahan mengelilingi 4 umpak untuk soko guru. Hunian masyarakat biasa rata-rata 3 x 5 meter persegi,” ungkapnya.
Situs Grogol, kata Wicaksono, diperkirakan seluas 500 meter persegi. Dia mencatat terdapat 13 titik struktur purbakala yang ditemukan tahun 2019. Belasan struktur itu berupa lantai bata merah, dinding, lantai batu koral kombinasi dengan bata merah dan umpak. Menurut dia, temuan terdahulu itu sudah pernah diekskavasi Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas), Jakarta pada Agustus 2019.
“Ada temuan lainnya sebarannya di area sekitar 500 meter persegi. Perkiraan kami berupa kompleks bangunan. Sayang sekali beberapa struktur rusak karena ketidaktahuan masyarakat,” cetusnya.
Wicaksono menambahkan, kajian terhadap situs Grogol sangat penting untuk mengungkap luasan kota raja dan pembagian permukiman di kota raja Majapahit. Namun, saat ini kajian situs tersebut masih menjadi kewenangan Puslit Arkenas.
“Situs Grogol berada jauh di selatan dari pusat Majapahit yang saat ini hipotesis kami di dekat Kolam Segaran dan sumur upas. Apakah ini menjadi batas selatan kota raja? Sehingga perlu dikaji mendalam, seperti ekskavasi,” tandasnya.
(DETIK.com/ROS/VEM)