Oleh : Miqdad Husein
Bagaiamana dinamika komunikasi dan informasi serta dunia media sosial negeri ini jika tanpa Google, WhatsApp, Facebook hingga Netflik? Apa dampak sosialnya? Seberapa besar kehebohan dan kerugiannya terhadap aktivitas ekonomi?
Deretan pertanyaan itu mungkin saja terjadi dan dialami masyarakat. Jika perangkat dunia maya itu tetap membandel, tutup mata terhadap ketentuan pemerintah, bukan hal luar biasa jika kemudian benar-benar diblokir.
Bagaimanapun pemerintah tak mau seenaknya diperlakukan sikap ‘ngeyel’ mereka. Ini jelas menyangkut kedaulatan negara. Apalagi yang dituntut pemerintah hal-hal bersifat normatif dan masih wajar saja.
Pemerintah melalui Kominfo menegaskan bahwa batas akhir pendaftaran Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) Lingkup Privat adalah 20 Juli 2022.
Jadi, tinggal dua hari lagi Google, Facebook, WhatsApp, hingga Netflix terancam diblokir jika mereka tetap bersikukuh tidak mau mendaftar.
Banyak pengamat komunikasi dan informasi berharap pemblokiran tidak terjadi dan menyarankan pemerintah bermain aman tanpa kehilangan wibawa.
Artinya, terus diupayakan komunikasi agar ada solusi elegan, yang tidak menimbulkan gangguan apapun.
Disamping itu, perlu pula dipersiapkan skenario terburuk atau semacam ‘baju pelampung’ jika ternyata pemerintah mau tak mau harus melakukan langkah pemblokiran.
Dari deretan nama-nama itu memang akan memberikan pengaruh luar biasa terhadap aktivitas komunikasi masyarakat. Barangkali hanya Netflik, yang relatif paling ringan karena hanya lebih terkait pada hiburan. Itupun, masyarakat yang menjadi bagian dan ketergantungan pada Netflik tidak sebanyak terhadap google dan whatsApp.
Facebook walau belakangan mulai pula dirambah sebagai pilihan jejaring sosial yang lebih fleksibel untuk menyampaikan ide-ide, juga bisnis, agaknya belum menjadi alat komunikasi yang sulit ditinggalkan. Belakanganpun, pemaian facebook disinyalir mulai berkurang.
Tetap diakui eksistensi facebook. Namun, lagi-lagi tidak menjadi pilihan harga mati.
Ketergantungan pada jejaring whatsApp dan google agak sulit dihindari. Yang pertama telah menjadi alat komunikasi massal masyarakat negeri ini.
Ya bisnis, hubungan sosial dan macam-macam aktivitas keseharian, seakan sekarang ini sulit lepas dari whatsApp. Karena itu penting pemerintah berhitung matang untuk mempersiapkan pengganti jika terpaksa harus memblokir WhatsApp.
Ketergantungan pada google memang tidak sedasyat whatsapp. Namum kaitan google dengan jejaring lainnya sungguh sangat sulit dihindari. Jadi, tetap diperlukan persiapan jaring pengaman.
Bayang-bayang kepanikan tentu saja perlu dibuang jauh-jauh. Bahwa ada gangguan sudah pasti.
Namun, seperti kata pepatah, tak ada rotan akarpun jadi. Artinya, jika pemerintah terpaksa memblokir masih ada alternatif alat komunikasi dan informasi lainnya, yang barangkali hanya memerlukan semacam langkah pindah rumah atau pindah alamat. Ya telegram, signal, line dan lainnya.
Oh ya, jangan lupa. Sebelum berada dalam dunia seperti sekarang, masyarakat Indonesia dan belahan dunia lainnya pernah hidup tanpa “mereka itu.” Jadi, tak masalah mundur beberapa langkah untuk kemudian melangkah lagi.
Hikmahnya? Jangan pernah tergantung segalanya kepada apapun. Seperti kata Nabi Muhammad, jangan terlalu cinta dan jangan pula terlalu benci. Sisakan sedikit dari keduanya, agar tak terlalu kecewa serta panik tanpa arah. Begitulah.