JAKARTA-Keputusan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi menerima mandat dari Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri untuk menjadi calon presiden (capres) pada 2014 ini terus dikecam. Sejumlah opini negative terus digalang untuk merusak pamor Jokowi. Namun, mantan Walikota Solo ini menanggapinya dengan santai. Bahkan, dia memaklumi apabila muncul pro kontra atas pendeklarasian dirinya menjadi capres moncong putih.
Seperti diketahui, Jokowi telah mendeklarasikan dirinya sebagai calon presiden PDI Perjuangan. Jokowi diberi mandat oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri untuk maju menjadi capres pada Pilpres Juli mendatang.
Pendiri Partai Amanat Nasional (PAN), AM Fatwa mengakui fenomena kepopuleran Jokowi memang luar biasa dan tak terbendung lagi. Hanya saja ia melihat itu semua sarat rekayasa. Karenanya ia berkeyakinan Jokowi tak akan mampu mengurus masalah bangsa jika yang di Jakarta saja gagal diatasinya. “Jadi populernya Jokowi itu by engineer. Beda dengan Soeharto saat itu, dia bergerak cepat dan tepat. Padahal kita tahu Jenderal Nasution lebih populer, cuma akhirnya Soeharto yang menang,” ulas Fatwa
Namun, komentar miring ini tidak direspon Jokowi. Sebab, pro kontra tersebut sudah biasa terjadi di ranah politik. “Ini kan demokrasi, bolehlah, mendukung silakan, tidak mendukung silakan,” ujar Jokowi di Kampung Rambutan, Jakarta Timur, Selasa (18/3).
Jokowi enggan menanggapi banyaknya pernyataan para politisi yang menuding bahwa dia ingkar terhadap janjinya untuk memimpin Jakarta selama 5 tahun. Dia menambahkan saat ini tidak perlu memikirkan dan menanggapi pernyataan tersebut. “Senang silakan, tidak senang silakan, tidak usah dipikir berat-beratlah. Ya kan seperti itu biasanya,” kata dia.
Anak buah Susilo Bambang Yudhoyono di Partai Demokrat meragukan beberapa hasil survei yang terus menerus menempatkan Joko Widodo sebagai capres terpopuler dibandingkan tokoh lainnya.
Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, Max Sopacua, justru menyayangkan langkah PDI Perjuangan mencapreskan Jokowi. Selama satu setengah tahun menjadi Gubernur DKI, Jokowi belum menunjukkan prestasi apapun. Janji kampanye Jokowi membenahi Jakarta juga belum terlaksana.
Max mencatat ketika Jokowi baru menjadi Walikota Solo dua tahun di periode kedua, jabatan itu ditinggal karena dicalonkan menjadi Gubernur DKI Jakarta. Peristiwa itu terulang kembali. Baru satu setengah tahun jadi gubernur akan ditinggalnya lagi. “Nanti mau jadi apa lagi, pekerjaan yang dipegangnya sekarang ditinggal. Ini bagaimana ? Mimpin Jakarta saja belum beres kok mau jadi presiden ?” kritik Max.
Dia menegaskan, Demokrat tidak pernah gentar pada pencalonan Jokowi dan capres mana pun. Namun Demokrat tetap komitmen untuk mendukung siapa pun presiden yang terpilih lewat Pilpres.
“Demokrat akan mendukung siapa pun presidennya, jika presiden tersebut melanjutkan program pemerintah sekarang. Tapi kalau dia mengubah program misalnya melakukan restorasi atau apalah namanya, kami memilih menjadi oposisi,” pungkasnya.