Kabar Cuaca
Apa kabar cuaca?
Sebenarnya aku ingin pergi keluar rumah
Menengok tembakau yang baru saja di panen dan di gulung
Serta melihat yang sudah di balut tikar meski belum juga terjual
Tetap saja bersandar di pojok di ruangan ini
Serasa mataku tak bisa memanjang jauh
Di rumah tetangga juga begitu
Berjibun-jibun membentuk gunung
Adakah gudang mau menampungnya
Jangan-jangan hanya jadi tempat peralihan semata tanpa dibayar
Aih… langit sudah mulai gelap
Terkesiap cahaya bulan yang jatuh di antara sawah yang setengah rontang
Kini kau tanyakan kabarku
Setelah keringatku tumpah menjalari tanah-tanah tandus
Biar bunga tembakau menjadi bunga terompet yang berbunyi di sela-sela bibirmu
Jangan tanyakan lagi cuaca saat ini
Yang jelas di sini api berkoar-koar setelah kau pantik korek api dari bibirmu
Sumenep, 2014
Rekonstruksi Masa Lalu
Aroma tubuhmu masih lekat mengikat hidung
Menari-nari seperti angin kehilangan arah
Dan aku tetap tersesat di matamu yang hitam
Sambil berlari menanam jarum jam
Aku berdzikir namamu yang mengalam
Merimba seperti paku bumi
Di sini tak ada anggur apalagi ganja
Hanya saja aku mabuk sehabis meneguk madu dari bibirmu
Dan aku tersesat kembali
Seperti waktu itu
Sumenep, 18 Sept 2014
Surat
Surat yang ku titip pada angin
Telah terdampar ke dalam malam
Menunggu jarum jam menyobeknya esok pagi
Jika nanti kau jumpai surat dengan tinta lipstick itu
Balas dengan jarimu yang mengucurkan keringat kuning
Pada kertasnya ada bunga-bunga yang ku pahat seperti wajahmu
Sumenep, 2014
*) Penulis, aktif di Sanggar Lentera STKIP PGRI Sumenep.