
Penulis : Andrea Hirata
Penerbit : Bentang Pustaka, Yogyakarta
Cetakan : Pertama, Mei 2015
Tebal : xx + 412 Halaman
Ayah adalah buku kesembilan Andrea Hirata yang telah lama ditunggu para pembaca setelah kali terakhir menerbitkan Sebelas Patriot, pertengahan 2011 silam. Kehadiran novel yang masih berlatar belakang Belitong, yang terkenal dengan bumi Laskar Pelangi itu membuktikan bahwa Andrea masih eksis di ranah kesusastraan Indonesia. Kualitas karyanya memang tidak diragukan lagi, apalagi jika melihat kesuksesan novel Laskar Pelangi yang telah diterjemahkan ke dalam 34 bahasa asing dan diterbitkan oleh penerbit terkemuka di lebih dari 120 negara.
Dalam novelnya kali ini, Andrea Hirata menarasikan kisah perjuangan lelaki Melayu yang memang dikenal sebagai pekerja keras dan pantang menyerah, sebelum yang dicita-citakannya tercapai. Tokoh Sabari dan Amiru dikisahkan secara bergantian dengan sangat menyentuh karena kisah-kisahnya sangat dekat dengan dunia nyata. Hal ini karena pengarang begitu jeli menangkap dan menuangkan kisah perjuangan kedua tokoh tersebut.
Sabari digambarkan sebagai sosok yang pantang menyerah memperjuangkan cinta seorang perempuan bernama Marlena. Gadis yang ditaksirnya sejak masuk SMA itu membuat Sabari begitu sabar menanti respon Marlena yang tetap bersikap acuh tak acuh, meskipun berbagai cara telah Sabari tempuh untuk menarik perhatian Marlena.
Karena gadis itu pulalah Sabari menjadi sosok yang rajin dan sangat romantis. Ia yang memang pandai dalam materi Bahasa Indonesia, jadi semakin lihai membuat puisi untuk Marlena, untuk kemudian dibacakan di radio kesayangan masyarakat Desa Belantik, tanah kelahiran Sabari.
Namun, usaha Sabari masih belum juga berhasil. Puluhan puisi yang ia bacakan tak juga meluluhkan hati Marlena. Sehingga, Ukun dan Tamat, dua karibnya di sekolah kerap mengatakan bahwa, mustahil Sabari bisa mendapatkan cinta Marlena yang dikenal cantik aduhai di sekolah dan lingkungannya. Tetapi, Sabari abai dengan nasihat dua kawannya itu. Menurut Sabari, perjuangannya belum selesai. Suatu saat ia akan membuat Marlena mencintainya dengan setulus jiwa.
Dan, ternyata tekadnya begitu kuat. Setelah sebelas tahun menunggu, akhirnya Markoni, ayah Marlena, mau menikahkan anaknya dengan Sabari, tepat setelah dua tahun Sabari bekerja di pabrik batako miliknya. Sabari dikenal sebagai karyawan ulet dan pekerja keras. Selama ini belum ada karyawan serajin Sabari. Sehingga, di tahun ketiga ia bekerja sebagai kuli batako, akhirnya ia menikahi Marlena. Dari pernikahannya itulah, Sabari dikarunia seorang anak bernama Amiru yang lebih dikenal dengan Zorro.
Perjuangan bagaimana mempertahankan hidup dan cinta adalah ruh novel Ayah. Novel ini, secara eksplisit menegaskan bahwa pendidikan keluarga begitu penting dalam kehidupan manusia. Hal itu nampak dalam perjuangan Sabari dalam mendidik Zorro, meskipun Marlena kerap pergi karena sejak pertama menikah, Sabari memang bukan sosok suami yang sesuai impiannya.
Dalam novel ini, Andrea juga begitu pandai memesona pembaca sehingga terbawa emosi di saat membaca kisah demi kisah yang kadang memang nampak dramatis. Dalam beberapa bagian, Andrea juga banyak menyelipkan ungkapan-ungkapan satire yang begitu nyata ia tujukan pada sistem pendidikan di bumi Melayu, dan Indonesia pada umumnya. Dengan humor-humor cerdas khas Andrea, serta deskripsi tabiat masyarakat Melayu yang begitu kental, menjadikan novel ini nampak hidup dan nyata.
Dibandingkan dengan tetralogi Laskar Pelangi, novel 412 halaman ini memang nampak lebih ringan dan mudah dicerna. Siapa pun bisa mencerna dan memaknai kisah demi kisah yang memang sarat dengan pelajaran hidup. Sebuah bukti bahwa Andrea masih mampu memukau pembaca dengan karya-karyanya yang inspiratif. [*]
Oleh: Untung Wahyudi
Alumnus Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel, Surabaya