SURABAYA- Fenomena politik Jatim mencuat ketika dukungan ganda dimiliki oleh dua kandidat bakal Calon Pilgub 2013 ini. Dukungan ganda tersebut, dimiliki oleh pasangan Berkah ( Bersama Khofifah-Herman) dan pasangan Incumbent, Karsa ( Soekarwo- Syaifullah Yusuf). Ironisnya, apabila Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jatim membatalkan pasangan Berkah. Dikarenakan, dukungan suara pasangan tersebut tidak sesuai dengan regulasi syarat pendaftaran calon Gubernur atau Wakil Gubernur yang diusung partai minimal 15 persen suara yang ada dilembaga parlemen. Secara personal, dukungan Khofifah akan beralih pada pasangan Jempol (Bambang DH- Said Abdullah).
Sementara ini bakal pasangan calon Khofifah dan Herman memiliki 15,55 persen suara yang dimiiki. Suara itu terhitung ketika masih memiliki dukungan dari PPNUI sebanyak 0,24 persen suara dan Partai Kedaulatan (PK) 0,50 persen suara. Sayangnya, apabila prosentase dukungan dua partai itu dibatalkan dan tidak memenuhi syarat pencalonan hingga 16 Juni mendatang. Maka, Khofifah hanya memiliki 14, 81 persen suara. Pastinya, keinginan dalam pertarungan Pilgub 2013 ini akan kandas melawan pasangan Karsa.
Pengamat politik Universitas Trunojoyo, Madura, Mochtar W Utomo, mengatakan, secara Normatif apabila hingga batas waktu perbaikan yang ditentukan oleh KPU, pasangan Berkah tidak mampu memenuhi segala persyaratannya, terlebih mengatasi persoalan dukungan ganda tersebut. Bakal pasangan Calon itu, tidak akan lolos. Sehingga, secara personal suara tersebut akan dimiliki pasangan selain Karsa.“ Secara personal Khofifah pasti akan memberikan suaranya pada pasangan calon selain Karsa,” katanya, ketika dihubungi Koran Madura, Rabu (12/6).
Ia menjelaskan, dalam kaca mata pandang politik ketidakhadiran Khofifah dalam kancah pertarungan Pilgub Jatim 2013 juga akan membuat perpecahan ditubuh dukungan pasangan tersebut. Pasalnya, pasangan Incumbent juga akan mencoba meraih dukungan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang kini dimiliki Khofifah. “ Pastinya Gus ipul tidak akan tinggal diam dengan hal itu. Ia (gus ipul,red) memang ingin sekali menarik suara PKB untuk mendukungnya,” ungkapnya.
Melihat fenomena politis Indonesia yang seperti ini, dinyatakannya, dukungan dua partai yang terjadi saat ini merupakan sebuah langkah dari partai-partai kecil yang mulai tidak akan bisa eksis dalam Pemilu 2014. Dengan tidak adanya masa depan lagi, membuat mereka menentukan nasibnya dengan mendukung calon yang dapat memberikan kepentingan pribadi dan partainya. ” Fenomena politisnya kan seperti ini, mereka (parta kecil,red) sudah tidak bisa menentukan masa depannya lagi di Pemilu 2014. Jadi, mereka berlomba-lomba untuk memenuhi kepentingan pribadinya dengan mendukung orang atau pasangan yang memenuhi kepentingan pribadinya,” tegasnya.
Dengan beralih secara personal dukungan pasangan Berkah ke pasangan Bambang DH-Said Abdullah. Bukan tidak mungkin, apabila dalam Pilgub Jatim 2013 ini menjadi milik pasangan Jempol. Pasalnya, kekuatan PDI Perjuangan tidak diragukan lagi. Sebab, dalam setiap Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) PDI Perjuangan sangat efektif, apalagi dengan adanya fenomena Khofifah seperti saat ini.“ PDI Perjuangan sangat efektif dalam setiap Pemilukada, apalagi dengan adanya fenomena Khofifah. Bambang DH_ Said Abdullah bisa jadi Kuda Hitam,” kata Dosen komunikasi politik Fakultas Fisip Univertas Trunojoyo itu.
Mochtar menambhakan, Melihat pasangan Karsa yang nampaknya memiliki cara tersendiri dengan selalu memenuhi persyaratan diakhir berbeda dengan pasangan yang lainnya, ketika melakukan pendaftaran ataupun tes kesehatan. Incumbent, kata dia, memang memiliki agenda tersendiri dan merupakan dinamika politik untuk menutup semuanya dengan Gebyar dan berbeda dengan pasangan yang lain.“ Hal itu sebagai pembentukan opini publik bagi pasangan incumbent untuk memberikan gebyar maka memilih menjadi yang terakhir,” katanya. (mag/kas)