JAKARTA-PDI Perjuangan dan Partai Golkar berpeluang besar memenangkan Pemilu 2014. Hal itu diketahui dari temuan berbagai analisis cross-tabulation yang dilakukan lembaga survei Political Weather Station (PWS). “Kami berusaha mengetahui seberapa besar tingkat swing voters atau pemilih ragu-ragu di dalam partai peserta pemilu ternyata tingkat swing voters Partai Golkar dan PDI Perjuangan adalah yang paling rendah,” kata peneliti senior PWS, Denny Ramdhany saat memaparkan hasil survei di hotel Atlet Century, Jakarta, Senin (31/3).
Penelitian PWS sendiri dilaksanakan pada 12-24 Maret 2014 di 34 provinsi. Populasi survei ini adalah seluruh penduduk Indonesia yang telah memiliki hak pilih dan sudah tercantum dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT). Jumlah sampel sebanyak 1.230 responden yang diperoleh melalui metode multistage random sampling dengan margin of error sebesar 2,8 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Dia menjelaskan, dari temuan swing voters itu menunjukkan bahwa publik yang akan memilih Partai Golkar dan PDIP cenderung memiliki tingkat kemantapan yang tinggi dibandingkan calon pemilih partai-partai lain.
Begitu pula tingkat dukungan dari pemilih pemula atau first time voters terhadap partai kontestan Pemilu 2014, dua partai tersebut juga menjadi yang paling banyak didukung. “Kedua partai senior itu paling berhasil merebut hati pemilih pemula. Sebanyak 26,5 persen dari total pemilih pemula mengaku akan memilih Golkar, dan 24,5 persen memilih PDI Perjuangan,” beber Denny.
Peluang Golkar dan PDI Perjuangan memenangkan pemilu dibandingkan partai lainnya karena dua partai itu dikenal memiliki jaringan organisasi dan kader yang sudah merata di Tanah Air. “Ini membuat kedua partai itu relatif tahan dari hempasan badai dan gelombang politik. Golkar dan PDI Perjuangan juga memiliki modal sosial yang jauh lebih lengkap dibandingkan partai lain,” kata Denny.
Selain itu, Golkar dan PDI Perjuangan dianggap paling serius memanfaatkan metode ilmiah termasuk metode survei untuk mendeteksi kekuatan dan kelemahan dirinya maupun pihak lawan. “Partai-partai Islam cenderung kurang mengoptimalkan cara-cara akademik untuk membesarkan partai,” tegas Denny.