
PAMEKASAN – Areal pertanian yang akan ditanami padi pada musim kemarau di Kabupaten Pamekasan, diperkirakan akan lebih dari 2.500 hektare karena masih tingginya curah hujan di awal kemarau tahun ini.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga memperkirakan, di sejumlah daerah di Jawa Timur, masih akan diguyur hujan dengan intensitas tinggi dan sedang hingga akhir bulan ini, sehingga petani di areal pesawahan menunda menanam tembakau.
Sejumlah petani di daerah yang merupakan kawasan pesawahan mengatakan, seharusnya mereka sudah memulai menanam tembakau sejak akhir bulan lalu. Namun karena masih tingginya curah hujan, mereka memilih untuk menanam padi sebelum menanam tembakau.
“Kami masih akan menanam padi sebelum menanam tembakau, meski bulan ini sudah memasuki musim kemarau. Karena kami melihat persediaan air masih cukup untuk menunda tanam tembakau,” kata Mohammad Nasir, petani di Desa Bukek, Kecamatan Tlanakan.
Menurutnya, sejumlah petani di kawasan tadah hujan di desa itu juga belum berani menanam tembakau dan memilih menanam padi. Sebab, dengan kondisi hujan saat ini, diperkirakan empat bulan yang akan datang, setelah masa panen padi mereka, masih dimungkinkan untuk menanam tembakau.
Hingga saat ini, kata Nasir, masih belum ada penjual bibit tembakau di pasaran, karena mereka juga khawatir dengan kondisi curah hujan yang masih tinggi.
Hal serupa juga dilakukan sejumlah petani di Desa Larangan Tokol dan Tlesah, Kecamatan Tlanakan serta Desa Baddurih dan Jarin, Kecamatan Pademawu. Areal pertanian di desa-desa itu, merupakan areal pertanian tadah hujan sehingga pada tahun-tahun sebelumnya, para petaninya menanam tembakau lebih awal untuk mengejar persediaan air.
Namun tahun ini, belum terlihat areal pertanian di desa-desa yang merupakan sentra produksi tembakau di Pamekasan itu yang sudah disiapkan untuk proses tanam tembakau. Justru sebagian petani, terlihat mulai menanam jagung dan menunda proses tanam tembakau.
Tahun lalu, berdasar data di Dinas Pertanian (Disperta) setempat, areal tanam padi pada musim kemarau mencapai 2.204 hektar yang hampir seluruhnya merupakan kawasan pertanian dengan sistem irigasi teknis.
Tahun ini, jumlah itu diperkirakan akan bertambah karena sebagian areal pertanian tadah hujan masih memilih menanam padi mengingat masih cukupnya persediaan air akibat masih tingginya curah hujan.
(ALI SYAHRONI/ G.MUJTABA/RAH)