
Indonesia pada tahun 2018 resmi didapuk sebagai tuan rumah penyelenggaraan Asian Games ke-18 yang menurut rencana akan dipusatkan di DKI Jakarta dan Palembang, Sumatera Selatan.
Untuk mengecek kesiapan dua kota tersebut sebagai tempat pelaksanaan 37 cabang olahraga yang akan dilombakan, delegasi Dewan Olimpiade Asia (OCA) pada tanggal 10-11 Agustus lalu melakukan peninjauan kesiapan fasilitas olahraga di Palembang dan membahas penyelenggaraan Asian Games 2018 dalam Coordination Committee Meeting (COCOM) di Palembang dan Jakarta.
Berdasarkan COCOM tersebut, ada beberapa hal yang diputuskan di antaranya Palembang dipilih sebagai tempat pelaksanaan 11 cabang olahraga yang dipertandingkan dalam Asian Games.
“Cabang olahraga yang akan dipertandingkan di Palembang ada 11, yaitu kano, rowing, kriket, menembak, bridge, rugby, triatlon, voli pantai, sepak bola, bola tangan, dan basket,” ujar Ketua Komisi Koordinasi Dewan Olimpiade Asia (OCA) Tsunekazu Takeda dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (11/8).
Sebanyak 26 cabang olahraga lainnya, termasuk upacara pembukaan dan penutupan Asian Games, akan dilaksanakan di Jakarta.
Mengaku sangat yakin untuk menerima rancangan pembangunan (master plan) dari kedua kota tersebut, Takeda dan para peserta COCOM bersepakat untuk memilih “18th Asian Games Jakarta 2018” sebagai nama resmi pesta olahraga bangsa-bangsa Asia tersebut.
Selain itu, OCA juga mengusulkan agar penyelenggaraan prakompetisi Asian Games 2018 dibuat menjadi semacam Asian Youth Games.
“Terkait dengan ‘test event’ tahun 2017, OCA mengusulkan untuk dijadikan Asian Youth Games dengan hanya mempertandingkan sekitar 11–12 cabang olahraga,” ujar Takeda.
Menurut dia, usulan tersebut juga dimaksudkan untuk memberikan semangat sekaligus pemanasan bagi generasi muda sebelum penyelenggaraan Asian Youth Games 2021 yang rencananya diadakan di Surabaya.
Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Rita Subowo yang menjadi Ketua Penyelenggara AG 2018 menyatakan bahwa usulan tersebut telah disampaikan dan disetujui Menpora Imam Nahrawi.
“Pada prinsipnya Menpora setuju asal ‘budget’-nya tidak melambung,” ujarnya.
Tujuan dari “test event” sendiri adalah untuk mengecek kesiapan setiap lokasi pertandingan apakah benar-benar sudah memenuhi standar internasional sebelum pelaksanaan Asian Games.
Pembangunan Sebagai kota yang baru pertama kalinya ditunjuk untuk menyukseskan perhelatan Asian Games, Palembang tampak selalu berbenah dan bersiap untuk dapat memberikan yang terbaik.
Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin menuturkan bahwa Sumsel sendiri sudah memiliki kompleks olahraga Jakabaring Palembang yang telah sukses sebagai tempat penyelenggaraan SEA Games 2011 dan sejumlah “event” olahraga tingkat dunia.
Arena-arena olahraga tersebut, kata dia, hingga kini tetap terpelihara sehingga akan siap untuk Asian Games.
Gubernur mengatakan bahwa pihaknya telah merencanakan pembangunan dan penambahan sejumlah fasilitas olahraga di kompleks Jakabaring itu, dan infrastruktur pendukungnnya akan siap sebelum dimulai Asian Games 2018, di antaranya pembangunan wisma atlet, penambahan tribun stadion utama, dan percepatan pembangunan jalan layang menuju kompleks Jakabaring.
“Untuk pembangunan wisma atlet, tidak ada masalah soal lahan. Lokasinya masih dalam kompleks Jakabaring, dekat wisma atlet yang telah dibangun sebelumnya. Demikian pula soal biaya, kami menggandeng pihak swasta,” katanya lagi.
Upaya percepatan pembangunan infrastuktur untuk menunjang kelancaran Asian Games juga
dibenarkan oleh Asisten Ekonomi Keuangan dan Pembangunan Pemerintah Provinsi Sumsel Ruslan Bahri.
Infrastruktur yang akan dibangun, kata dia, antara lain jembatan layang, Jembatan Musi, rumah sakit, fasilitas pendukung Danau Jakabaring, dan perhotelan.
Menurut dia, dalam memacu pembangunan infrastruktur itu pemprov rutin melaksanakan rapat koordinasi dengan instansi terkait, termasuk jajaran Pemkot Palembang.
Rapat koordinasi itu, antara lain membahas sumber pendanaan pembangunan infrastruktur, baik akan menggunakan APBD maupun APBN.
Tidak ingin kalah dengan Palembang, Kemenpora mulai menyiapkan anggaran awal sebesar Rp200 juta untuk renovasi kompleks olahraga Gelora Bung Karno (GBK).
Menurut Deputi V Bidang Harmonisasi dan Kemitraan Kemenpora Gatot S. Dewa Broto, dana yang dianggarkan pada APBN 2016 berpeluang besar akan bertambah karena renovasi akan membutuhkan dana besar. Hanya saja untuk tahap awal baru diajukan Rp200 miliar.
“Pada rapat berikutnya bisa saja akan bertambah menjadi Rp300 miliar, tergantung persetujuan,” katanya usai pertemuan dengan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.
Mulai diajukannya dana untuk renovasi GBK itu, kata Gatot, sesuai dengan keppres pelaksanaan Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang. Keppres tersebut merupakan landasan hukum untuk melakukan persiapan, termasuk penganggaran dana.
Meski demikian, kata dia, revonasi GBK masih terkendala karena Kemenpora tidak punya wewenang atas kompleks olahraga terbesar di Indonesia itu. Apalagi, Kemenpora telah mendapatkan peringatan dari BPKP akan tidak melakukan pembangunan.
Begitu pula dengan Sekretariat Negara yang selama ini mengendalikan GBK, juga dinilai oleh BPKP tidak punya wewenang untuk melakukan renovasi.
“Oleh karena itu, akan ada satu lagi pertemuan yang akan melibatkan Menteri PMK. Sesuai dengan rencana pertemuan akan dilakukan awal September,” kata Gatot S. Dewa Broto.
Selain membahas anggaran untuk renovasi GBK, kata Gatot, pertemuan yang juga melibatkan pihak DKI Jakarta itu juga membahas rencana pembangunan tujuh tower di Kemayoran yang nantinya akan menjadi pusat bermukim atlet selama Asian Games.
Berkaitan dengan upaya renovasi, Rita Subowo sebagai Ketua Penyelenggara Asian Games menyatakan telah berkomunikasi dengan beberapa federasi olahraga internasional serta Asia untuk memastikan kesiapan dan kondisi setiap “venue” atau lokasi pertandingan.
“Sejauh ini kami sudah menghubungi 21 federasi olahraga internasional untuk membantu memastikan bahwa renovasi yang kami lakukan terhadap tiap-tiap ‘venue’ memang sesuai dengan standar internasional,” tuturnya.
Serius Keseriusan Indonesia menjadi tuan rumah juga ditunjukkan dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Kemenpora dan KOI tentang pembayaran uang jaminan penyelenggaraan Asian Games.
Uang jaminan sejumlah 2.000.000 dolar AS tersebut akan dikembalikan kepada Indonesia jika penyelenggaraan Asian Games berjalan lancar dan dinilai sukses oleh OCA.
Dalam MoU yang ditandatangani oleh Ketua KOI Rita Subowo dan Pejabat Pembuat Komitmen Kemenpora Suryati itu disepakati pula tentang pembayaran uang publikasi dan penyiaran sejumlah 15 juta dolar AS yang selanjutnya akan dikirim oleh KOI kepada OCA.
“Nota kesepahaman tadi tentang dana yang sudah kami siapkan untuk ditransfer ke OCA sebagai bagian dari penyelenggaraan awal untuk informasi dan publikasi ke negara-negara peserta Asian Games, serta sebagai uang jaminan tanda bahwa kita serius (menjadi penyelenggara),” ujar Menpora Imam Nahrawi usai penandatanganan MoU.
Menurut dia, MoU yang baru saja ditandatangani merupakan perwujudan dari prinsip penyelenggaraan Asian Games, yakni sukses dalam penyelenggaraan, prestasi, ekonomi, dan administrasi.
Sementara itu, Ketua Komisi “Finance and Budgeting” KOI Ahmed Solihin mengatakan bahwa panitia penyelenggara sudah membuat dua rekening di dua bank BUMN khusus untuk segala urusan keuangan Asian Games.
Selanjutnya, pihak penyelenggara akan memfasilitasi seluruh pelaporan keuangan dan persiapan Asian Games ke Kemenpora.
Presiden OCA Sheikh Ahmad Fahad Al-Sabah yang ikut menyaksikan penandatanganan MoU tersebut mengaku gembira melihat kesiapan Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games.
“Kami dapat laporan kalau perkembangannya bagus. Semoga dengan penyelenggaraan Asian Games ini Jakarta akan lebih dikenal di dunia, sama seperti kota-kota lokasi Asian Games lainnya, seperti Doha, Guangzhou, dan Incheon,” tuturnya.
(YASHINTA DIFA P/ANT)