JAKARTA, koranmadura.com – ZTE, perusahaan telekomunikasi asal China, dikabarkan sedang ancang-ancang untuk menerima kemungkinan terburuk menutup bisnisnya di Indonesia.
Hal ini karena ZTE terkena larangan tujuh tahun tanpa suplai komponen yang berteknologi Amerika Serikat, semisal chipset Qualcomm.
Menurut sumber yang enggan disebutkan identitasnya, rekanan ZTE di Indonesia seperti Indosat Ooredoo dan Telkomsel telah mengakhiri kerjasama dalam penyediaan jaringan.
Sepanjang pengetahuan narasumber, Indosat diperkirakan tengah menyelesaikan pembayaran layanan jaringan sekitar Rp50 miliar untuk ZTE.
Saat berita ini diturunkan, Indosat dan Telkomsel belum memberikan keterangan.
Selain itu, sebagian pegawai ZTE yang merupakan outsourcing dari PT China Comservice Indonesia (CCSI) yang berada di wilayah Jakarta akan dialihkan sementara ke Indosat Ooredoo. Jumlah pegawai outsorcing yang terkena dampak ditaksir mencapai 100 orang karyawan.
“(Pekerja outsourcing) akan mulai bekerja untuk Indosat mulai 1 Mei 2018, dan status kami masih akan berada di bawah CCSI ,” ungkap narasumber.
Menurut isu yang bergulir, karyawan yang dipindahtangankan ke Indosat Ooredoo akan menjalani masa percobaan selama 3 bulan.
Pihak Indosat disebut sedang mempertimbangkan posisi mana saja yang bisa diisi oleh mantan pegawai outsouce ZTE yang berperforma baik.
“Karena ini dampak masalahnya cepat di dunia, maka Indosat ambil keputusannya cepat juga untuk take over. Karena kalau open tender [untuk menemukan vendor penyedia jaringan baru] makan waktu, proses transisi makan waktu 2-3 bulan, di masa itu sepertinya [Indosat] akan open tender lagi,” tambah narasumber.
Apabila dalam masa open tender tersebut, Indosat memilih rekanan lain maka para pegawai ini berpotensi direkomendasikan pada vendor tersebut jika memang masih ingin melanjutkan berkarier di bidang yang sama.
Sementara bagi pegawai yang dinilai buruk performanya oleh Indosat kemungkinan akan diselesaikan kontraknya. (CNNIndonesia/MK/VEM)