Oleh: MH. Said Abdullah*
Negara Cina berideologi komunis baik dalam bidang politik maupun ekonomi, hampir semua orang di dunia mengetahuinya. Namun tak banyak masyarakat di dunia mengetahui dan memahami bahwa di balik ideologi komunis ada sesuatu yang kontradiktif dalam budaya masyarakat Cina terutama dalam kehidupan keseharian mereka.
Yang menarik budaya ‘kontradiktif’ dalam kehidupan mereka terlihat lebih kental serta mengakar kuat bahkan melampaui keterikatan terhadap ideologi komunis. Apalagi belakangan ketika komunis di Cina seakan hanya sekadar simbol karena praktis dalam bidang ekonomi Cina telah berubah dan memperlihatkan diri jauh lebih kapitalis dari Negara-negara kapitalis.
Paling tidak ada tiga hal menarik budaya Cina yang relatif kontradiktif dengan ideologi komunis. Pertama, tentang etos dan semangat mengembangkan dan menerapkan kejujuran. Prinsip kejujuran menjadi ukuran terutama dalam berinteraksi atau berhubungan dalam kehidupan sosial. Berbisnis, bekerja di perusahaan prinsip kejujuran menjadi parameter utama.
Dalam dua dasawarsa terakhir ini prinsip kejujuran menjadi semacam faktor utama yang menentukan progresitas luar biasa Cina di bidang ekonomi. Tertib tata kelola pemerintahan dilandasi kejujuran dan keterbukaan. Para pejabat yang tidak jujur dibabat habis dengan pemberlakuan hukuman mati. Sesuatu yang tak terbayangkan dapat terjadi ketika Cina benar-benar masih ‘komunis.’
Kedua, etos dan semangat disiplin luar biasa. Disiplin waktu, loyalitas, ketekunan, profesionalitas telah menjadi bagian melekat kehidupan masyarakat Cina termasuk mereka yang bekerja di Negara lain. Masyarakat Indonesia bisa melihat dengan mudah bagaimana mereka bekerja ketika mengikuti perusahaannya bekerja menyelesaikan proyek di negeri ini.
Seorang PNS dari Dinas Tenaga Kerja di salah satu provinsi menceritakan tentang bagaimana para TKA Cina bekerja pada sektor konstruksi. Mereka bukan hanya lebih terampil tapi yang terpenting disiplin waktu luar biasa serta bagaimana mereka bekerja tanpa henti selama jam kerja. “Telah berada di lokasi jam 7 pagi, jam 5 sore baru berkemas-kemas. Merekapun istirahat hanya sebentar. Hampir tak pernah saat jam bekerja mereka berleha-leha,” kata PNS dari Dinas Tenaga Kerja itu.
Dalam soal keterampilan dibanding tenaga kerja Indonesia perbedaannya tak terlalu mencolok. Dengan sedikit latihan kemampuan tenaga kerja Indonesia akan mampu mengimbangi keterampilan mereka. Namun, soal etos, semangat dan loyalitas serta tanggungjawab, para tenaga kerja Indonesia perlu waktu untuk belajar menjadikan sebagai budaya kerja dalam kehidupan keseharian.
Ketiga, yang memperlihatkan kontradiksi paling tajam dengan ideologi komunis adalah budaya kuat luar biasa tentang prinsip menghormati, menyayangi, memperlakukan orangtua dengan sangat baik. Demikian tinggi perhatian kepada orangtua bahkan sampai pada sebuah keyakinan bahwa memperlakukan dengan baik orangtua adalah bagian dari keberuntungan dan keberkahan hidup.
Prinsip kehidupan menghormati dan menyangi orangtua ini terasa sangat kental muatan religiusnya. Mereka membuang jauh pertimbangan ekonomis bahwa orang tua merupakan beban, tidak produktif, pengganggu kesibukan kerja dan lainnya sehingga perlu ditempatkan di panti jompo seperti dilakukan masyarakat Barat. Bagi masyarakat Cina, orang tua adalah ‘jimad’ keberuntungan. Memperlakukan orang tua dengan penuh rasa hormat, cinta dan sayang melekat bahkan jauh lebih kuat dari prinsip spiritual dari mereka yang mengaku beragama sekalipun.
Di Negara Cina bahkan ada ketentuan hukum menarik terkait hubungan anak dan orangtua. Jika ditemukan anak memperlakukan orangtua dengan kurang baik bisa dikenakan sanksi pidana. Mereka yang bersikap semena-mena kepada orangtua bisa dipenjarakan.
Ketika pendiri perusahaan Sinar Mas Eka Tjita Widjaja meninggal dunia, tersebar cerita menarik tentang rasa hormat dan sayang anak-anaknya dari saat sakit sampai meninggalnya. Beredar di media sosial bagaimana anak-anak Eka Tjipta terus menerus menjaga beliau sampai sekitar 40 hari dari sejak sakit sampai meninggalnya. Mereka semua mengabaikan pekerjaannya mendampingi sampai Eka Tjipta dunia.
Dengan membuang jauh ideologi komunis, yang memang tak sejalan dengan Pancasila, masyarakat Indonesia bisa mengambil pelajaran dari tiga perilaku yang telah berurat akar pada kalangan masyarakat Cina yaitu kejujuran, disiplin dan penghormatan kepada orangtua. Ketiganya ternyata menjadi factor pendorong utama hingga Cina menjadi kekuatan luar biasa di dunia, belakangan ini. Rasanya benar hadist Rasulullah yang memerintahkan untuk belajar ke negeri Cina. Tentu, belajar hal-hal yang baik dan bermanfaat.
*Wakil Ketua Banggar DPR RI