KORANMADURA.com – Sekretaris Jenderal Asosiasi Eksportir Importir Buah dan Sayur Segar (Aseibssindo) Hendra Jowono membeberkan penyebab stok bawang putih dalam negeri kian seret beberapa pekan belakangan ini.
Menurut Hendra, penurunan stok terjadi karena hingga sekarang Kementerian Pertanian (Kementan) masih menahan Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) terhadap para importir.
“Semenjak pertengahan November lalu (2019) Kementan belum menerbitkan Izin Rekomendasi Import Hortikultura yang di dalamnya termasuk Bawang Putih. Jadi hal ini otomatis mempengaruhi pasokan kita,” ungkap Hendra kepada detikcom, Kamis (6/2/2020).
Menurutnya, Kementan baru menerbitkan izin RIPH kepada tiga importir yang semuanya berasal dari Amerika. Padahal untuk memenuhi kebutuhan pasokan bawang putih dalam negeri, Kementan wajib meloloskan RIPH kepada 12 importir bawang masuk ke pasar Indonesia.
“Kementan hanya menerbitkan Izin rekomendasi impor untuk 3 perusahaan pada pertengahan Januari 2020 ini dan itu pun hanya dari negara Amerika saja,” tambahnya.
Baru-baru ini bahkan, Kementan menyatakan bakal menunda sementara pengajuan RIPH untuk impor bawang putih impor dari China. Padahal, bawang putih impor paling murah adalah dari China.
Hal itu, bila dibiarkan dapat berdampak pada lonjakan harga dan inflasi, sebab membuat panik para pengecer bawang hingga membuat mereka memborong bawang untuk ditimbun. Sehingga mau tidak mau harga pun ikut melambung.
“Bawang putih paling murah dan bagus ya hanya dari China, setelah China ya India, kalau RIPH dari sana ditunda, nanti gimana, padahal kita masih ketergantungan, saya rasa kurang bijak,” katanya.
“Apalagi kalau ditunda karena alasan antisipasi kepada virus corona, padahal kan virus corona tidak dapat hidup lebih dari 12 jam di luar mahluk hidup, yang seyogyanya tidak dapat menular dari makanan,minuman atau pun barang mati. Jadi kami mohon Kementerian Pertanian ini baiknya berkoordinasi bersama Kementerian Kesehatan untuk meninjau kembali hal itu,” katanya. (detik.com/ROS/VEM)