JAKATA, Koranmadura.com – Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto dan Ketua DPP PDI Perjuangan Ribka Tjiptaning memimpin acara tabur bunga di kantor DPP partai banteng moncong putih itu di Jalan Diponegoro Jakarta Pusat pada Rabu 27 Juli 2022. Mereka memperingati peristiwa kudeta 27 Juli 1996 atau yang disebut Kudatuli yang tepat jatuh pada hari ini.
Ketika itu, kantor DPP PDI pimpinan Megawati Soekarnoputri tiba-tiba diserang oleh massa PDI Pimpinan Soerjadi. Kudeta 26 tahun silam itu memakan banyak korban jiwa, tetapi aktor intelektualnya hingga kini masih tidak tersentuh hukum dan masih berkeliaran.
Acara tabur bunga ini juga diikuti oleh para keluarga korban serta beberapa anggota DPR dari Fraksi PDI Perjuangan.
Dalam orasinya pada acara peringatan ini, Hasto Kristiyanto menegaskan bahwa mereka tidak akan pernah melupakan peristiwa kelam tersebut. Bahkan dia menilai, peristiwa ini tidak berdiri sendiri melainkan sebagai bagian dari sebuah rangkaian panjang.
“Kita tahu peristiwa 1965 mengubah sejarah kita, dan sampai sekarang sisi gelap 1965 masih saja terjadi. Di mana rakyat Indonesia karena intervensi kekuatan neokolonialisme dan imperialisme yang kemudian melengserkan Bung Karno dengan segala cara. Bung Karno yang perjuangannya berhasil membebaskan bangsa-bangsa Asia-Afrika dan Amerika Latin menakutkan kaum imperialis karena daya imajinasi dan kepemimpinannya,” kata Hasto Kristiyanto.
Dia meneruskan, “Terlebih ketika Bung Karno mendapat gelar pendekar dan pembebas bangsa Islam, serta akan memberi hadiah bom atom kepada ABRI agar Indonesia semakin berperan penting bagi perdamaian dunia. Apa yang dilakukan Bung Karno menakutkan kemapanan kaum kolonialisme dan imperialisme.”
“Pada momentum yang sangat tepat ketika intervensi kekuasaan selalu hadir dalam peristiwa kongres PDI semua diatur oleh kekuasaan. Dari Asrama Haji Surabaya itu pada momentum yang sangat kritis, hadirlah Ibu Megawati memimpin gerakan moral rakyat. Itulah momentum yang Ibu Mega sering ceritakan kepada saya, bagaimana sebelum kongres dibubarkan, beliau mengambil momentum dan mengatakan secara de facto saya adalah ketua umum PDI. Itulah cikal bakal perlawanan kekuatan arus bawah, karena pada sampai detik ini akibat proses intervensi Orde Baru adalah tradisi perlawanan,” papar Hasto lebih jauh. (Carol)