Oleh: MH Said Abdullah
Mengapa Allah subhanahu wata’ala memberikan keistimewaan luar biasa pada bulan ramadhan. Demikian pula Nabi Muhammad, dalam berbagai kesempatan menyebut nilai luar biasa ramadhan. Bahkan dalam satu hadist Nabi Muhammad menegaskan, jika seandainya umat Islam mengetahui keistimewaannya, akan meminta seluruh bulan bernilai seperti bulan ramadhan.
Ya bulan ramadhan memang sangat luar biasa. Seluruh kebaikan dinilai berlipat. Ibadah sunnah bernilai seperti ibadah wajib, sedang ibadah wajib bernilai berlipat. Do’a-doa permohonan akan langsung diijabah atau dikabulkan oleh Allah.
Bulan Ramadhan merupakan bulan yang sangat baik untuk berdoa, karena Allah akan mendengar setiap permohonan kita. Nabi bersabda, “Setiap Muslim doanya dikabulkan di bulan Ramadhan,” (HR Ahmad).
Mereka yang memberi buka puasa kepada yang berpuasa akan mendapat pahala senilai pahala puasa, tanpa mengurangi pahala yang berpuasa. Berbagai hadispun menegaskan betapa Allah memberikan perlindungan spiritual, para pengganggu seperti setan, iblis, jin disebutkan dibelenggu agar tidak mengganggu ketenangan mereka yang sedang menjalankan ibadah puasa.
Banyak ulama memberikan penjelasan terkait mengapa Allah memberikan keistimewaan ramadhan. Salah satu yang paling menarik adalah bahwa Allah memberikan nilai lebih pada bulan ramadhan sebagai bentuk kasih sayangnya. Melalui nilai lebih ramadhan Allah memberikan umat keseimbangan agar lebih banyak beramal, mengumpulkan berbagai pahala kebaikan.
Ada sebuah hadist Nabi Muhammad yang menegaskan bahwa seluruh amalan manusia, sulit menjadi jaminan sepenuhnya sebagai bekal memperoleh tiket untuk masuk surga. “Tak seorangpun dapat masuk surga tanpa ridha Allah,” tegas Rasulullah. “Termasuk engkau sendiri, ya Rasulullah?” tanya seorang sahabat. “Ya,” jawab Rasulullah tegas.
Bulan ramadhan itu, disebut sebagai bagian dari skenario memperoleh ridha Allah agar manusia dapat lebih banyak meraih kebaikan sehingga lebih mendekati keseimbangan amal kebaikan yang dilakukan. Ramadhan, ibarat kesempatan yang diberikan seorang guru kepada muridnya, untuk ikut les di luar jam normal agar nilainya menjadi lebih baik. Sungguh merupakan kasih sayang Allah pada hambaNya.
Dalam konteks sosial, ramadhan secara tersirat menegaskan tentang apa sesungguhnya subtansi ajaran agama Islam. Umat dilatih selama sebulan merasakan nestapa dan derita masyarakat kurang mampu agar bangkit nilai kemanusiaannya.
Jelas, bukan tanpa alasan dan tujuan Allah memerintahkan puasa selama satu bulan. Semua merupakan rangkaian agar manusia beragama tidak sekedar bertekun-tekun sibuk mengerjakan seremonial ubudiyah semata.
Padahal, seperti ditegaskan cendikiawan Kuntowidjoyo, Islam merupakan agama teosentris. Seluruh peribadatan mengarah kepada Allah namun manfaat dan faedahnya semua untuk kepentingan manusia.
Di sinilah urgensi ibadah puasa sebagai instrumen agar umat secara sosial mampu menjalankan nilai agamanya. Bahwa, agama Islam turun ke bumi membawa pesan kemanusiaan agar manusia saling peduli, saling memberikan manfaat kepada sesama. Khairunnas anfa’uhum linnas, sebaik-baik manusia, yang memberikan manfaat kepada sesamanya, kata Nabi Muhammad SAW.
Surat Al maun, sangat tegas jelas betapa kepedulian pada sesama, pada fakir miskin dan anak yatim merupakan subtansi dan inti ajaran agama Islam. Mereka yang tidak menjalankan pesan kepedulian itu, Allah mengecam dengan keras sebagai pendusta agama. Jadi, manusia melalui penegasan Allah dalam surat Al Maun itu, disebut belum beragama, jika kurang peduli kepada orang-orang nestapa yang sedang hidup dalam kekurangan.
Sangat banyak sekali ayat-ayat Al Qur’an, yang menegaskan tentang betapa ajaran Islam sesungguhnya yang paling utama dalam konsteks sosial adalah kepedulian kepada sesama. Kepedulian melalui pemberian dalam bentuk zakat, sadaqah, infaq hampir selalu digandengkan dengan ibadah terpenting Islam: sholat.
Sungguh ramadhan merupakan kesempatan terbaik untuk mempertajam, menyegarkan kepedulian kita kepada sesama agar kita tidak tergolong sebagai seorang pendusta agama. Insya Allah.***