SUMENEP – Anomali cuaca yang berkepanjangan membuat sejumlah petani Desa Kertasada Kecamatan Kalianget mulai resah. Pasalnya, Mereka khawatir tidak bisa melakukan tanam garam tahun ini. Sebab, keberadaan lahan pegaraman sampai saat ini masih terus terendam air, akibat hujan.
Informasi yang dirangkum Koran Madura, sejumlah petani di Desa Kertasada sudah lama melakukan perbaikan lahan untuk memulai masa tanam garam. Namun, upaya mereka tampaknya tidak berhasil. Sebab, lahannya terus diguyur hujan. Sehingga, mereka harus melakukan perbaikan lahan kembali.
Asmawi salah satu petani garam asal desa setempat menjelaskan, sampai detik ini pihaknya tidak berani memulai masa tanam karena hujan masih terus mengguyur. ”Kalau tidak ada musim kemarau, mana bisa garam bisa maksimal. Terpaksa kami belum tanam sampai detik ini,” ungkapnya.
Pihaknya masih menunggu hujan reda untuk melakukan perbaikan kembali kepada lahan yang sudah digenangi air ”Kami harus melakukan pembersihan kembali. Tanam garam itu tergantung kepada cuaca,” ungkapnya didampingi istrinya kepada Koran Madura.
Sebenarnya, sambung dia, pihaknya sudah melakukan perbaikan lahan dengan biaya tinggi. Sehingga, kalau harus melakukan pembersihan lahan lagi, dipastikan akan mengalami pembengkakan biaya. ”Kami kan tidak hanya memperbaiki sendiri, harus menyuruh orang, tentu biaya membengkak,” ujarnya.
Produksi Menurun
Ketua Paguyuban Petani Garam Rakyat Sumenep (Peras), Hasan Basri mengatakan, pihaknya mengaku prihatin dengan para petani. Sebab, masa tanam sudah mundur dibandingkan dengan tahun sebelumnya. ”Harusnya, pada bulan Juli sudah masuk masa panen. Tapi, sampai detik ini ternyata belum ada apa-apa. Kasihan petani,” ujarnya.
Lambatnya masa tanam garam dengan adanya anomali cuaca ini diperkirakan akan mempengaruhi hasil produksi garam. Tahun ini diperkirakan akan menurun 30 sampai 40 persen, dari luas 1.850 hektar. “Kalau tahun lalu, total produksi garam rakyat Sumenep sekitar 180 ribu ton. Tahun ini diperkirakan akan turun 30- 40 persen,” tukasnya.
Menurut Hasan, penurunan produksi garam tersebut akan mampu tertutupi, apabila ada bantuan geomembran pada para petani garam rakyat. “Penggunaan geomembran ini kan mampu mendongkrak produksi garam. Kami mendengar, tahun ini akan ada bantuan geomembran dari Pemerintah pusat. Mudah-mudahan saja segera terealisasi, sehinnga penurunan produksi garam tahun ini bisa tertutupi,” paparnya.
Hasan menambahkan, stok garam rakyat yang belum terbeli sekitar 40-50 ribu ton garam. Hal itu disebabkan sejumlah perusahaan garam di Madura, seperti PT Garam, Budiono, dan Garindo, tidak melakukan pembelian garam lagi. ”Sekitar 4 bulan terahir ini tidak ada pembelian garam. Akibatnya garam rakyat belum ada yang terserap,” tukasnya. (edy/athink/yat)