SUMENEP – Sebanyak 12 kuburan leluhur Sundariya, 40, warga Dusun Laok Lorong, Desa Talang, Kecamatan Saronggi, dibongkar, Minggu (16/2). Pembongkaran kuburan itu buntut dari perselisihan antara Sundariya dengan Enik atau Bu Supandi. Mediasi sempat dilakukan namun tak membuahkan hasil.
Pantauan Koran Madura di TKP, puluhan warga memadati lokasi pembongkaran kuburan di Desa Talang, Kecamatan Saronggi, sekitar pukul 09.00. Sebanyak 12 kuburan dibongkar dan dipindah ke sekitar 50 meter dari lokasi kuburan semula.
Sukro, warga setempat, mengatakan, pembongkaran kuburan akibat dendam lama tentang perseteruan lahan. Kedua belah pihak, Sundariya, dengan Enik atau Bu Supandi, 50, warga Dusun Polai, Desa Juluk, yang masih ada hubungan famili, sempat dilakukan mediasi oleh kepala dusun, sekdes, dan kades setempat, namun tak berhasil.
“Dendam itu berawal dari aksi jual beli tanah oleh Enik pada pihak ketiga. Sayangnya, tanah yang sudah terlanjur dijual itu diakui milik Sundariya. Terpaksa Enik memberikan hasil jual tanahnya itu pada Sundariya. Sejak saat itu, kedua orang tersebut saling menyimpan dendam,” tuturnya kepada Koran Madura.
Dalam proses mediasi, Enik meminta diselesaikan di balai desa. Sementara Sundariya meminta di lokasi kuburan. Karena sama-sama ngotot akhirnya pembongkaran pun tak bisa terhindari. Kata Sukro, anaknya Enik, Kuspandi, juga sudah berusaha mencegah aksi pembongkaran itu.
Sementara Sundariya menuturkan, percekcokan akibat jual-beli tanah itu sudah bisa diselesaikan secara kekeluargaan. Namun, karena masih menyimpan dendam, Enik sering membesar-besarkan masalah. Sehingga sering kali dalam dua bulan ini selalu meminta makam keluarganya dipindah ke lokasi lain. Meski demikian, Sundariya masih bisa menahan emosi dan selalu mengalah.
Namun, karena selalu diminta untuk dibongkar dan dipindah, bahkan disampaikan pada sanak keluarganya, kata dia, akhirnya keluarga besarnya juga kehabisan kesabaran. Hingga pada suatu hari, Sundariya yang sedang membawa pakan ternak berpapasan dengan Enik di lokasi kuburan yang menjadi sengketa. Dia menjelaskan sebelum dipindah, 12 kuburan itu sudah dicatat nama-namanya.
“Saya sama Enik sama-sama tidak mau mengalah saat berpapasan di jalan yang sempit. Akibatnya daun pakan ternak yang dibawanya menyerempet Enik. Tak ayal, pertengkaran dengan Enik tidak terelakkan,” katanya kecewa.
Sementara Sekdes Talang Syahrullah mengatakan pihaknya sudah berupaya memediasi kedua belah pihak yang bersiteru agar persoalan keluarga tidak dibawa-bawa ke jenazah leluhurnya yang sudah ratusan tahun meninggal. Namun upaya perangkat desa tak dihiraukan dan bahkan Kades Juluk yang datang ke lokasi juga gagal memediasi.
Syahrullah menuturkan pembongkaran kuburan tersebut hanya dipicu persoaln sepele oleh kedua belah pihak, namun karena keduanya tetap bersikukuh pada pendiriannya, mediasi yang di lakukan perangkat desa kandas. Akibatnya 12 kuburan terpaksa dibongkar dan dipindah ketanahnya sendiri.
Sementara dari Muspika Saronggi yang turut hadir mencoba memediasi namun juga tak berhasil. Salah satu anggota Polsek Saronggi tidak bisa mencegah pembongkaran makam karena persiteruan keluarga itu tak bisa dimidiasi. Selain itu juga dari anggota Koramil SAronggi yang datang ke TKP tak bisa berbuat banyak.