JAKARTA – Presiden ketiga Indonesia, Bacharudin Jusuf Habibie, optimistis terhadap kemampuan daya saing bangsa khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi walaupun negara ini masih terkendala kepemimpinan.
Habibie yang juga pendiri Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), meminta para ilmuwan yang tergabung dalam organisasi ini untuk bersinergi dan menghasilkan konsep yang dapat memajukan Indonesia.
Habibie optimis, pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia akan semakin baik seiring dengan banyak-nya warga Indonesia yang mengenyam pendidikan tinggi.
“Di usia yang ke-25 ini, AIPI diharapkan dapat memberikan sumba-ngan lebih besar bagi kemajuan bangsa Indonesia,” ungkap Habibie dalam Sidang Paripurna AIPI di kediamannya, Jalan Patra Kuningan XIII, Jakarta Selatan, Minggu (24/5).
Habibie menceritakan, bila organi-sasi yang didirikannya pada 13 Oktober 1990 itu sempat dicibir teman-temannya. Bahkan, dengan embel-embel nama akademi, Habibie sempat dikira akan membuat sekolah D3. “Buat apa bikin akademi? Di sini sudah banyak itu sekolah,” cerita Habibie yang menirukan ucapan rekannya saat itu.
Dengan dilindungi Undang-Undang No 8 Tahun 1990 tentang AIPI, Habibie berharap, AIPI yang merupakan wadah bagi para ilmuan ini dapat berperan memberikan masukan atau pertimba-ngan kepada pemerintah.
“AIPI harus dapat mengembangkan sayap lebih jauh dalam mewujudkan Indonesia yang maju dan sejahtera,” urainya.
Dia menargetkan pada puncak perayaan ulang tahun ke-25 AIPI pada 13 Oktober 2015, 1.000 ilmuwan bersedia bergabung membantu bangsa memberi pencerahan dalam bidang pengetahuan.
“Saya minta Anda memperbesar jumlah anggota. Rakyat Indonesia ratusan juta orang, masa anggota kita hanya 100? Saya minta 1.000 anggota Oktober nanti. Saya targetkan itu,” ujarnya.
Sebagai salah satu pemrakarsa AIPI, Habibie mengatakan, 1.000 ilmuwan ini harus menjadi guidance atau penuntun bangsa, termasuk pemimpinnya. Para ilmuwan itu diharapkan mampu mencerdaskan bangsa di berbagai sektor.
(GAM/ABD)