SUMENEP, koranmadura.com – Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumenep, Madura, Jawa Timur, Abd. Rahman Riadi mengklaim, saat ini wilayah kepulauan sudah terbebas dari bencana kekeringan.
Pada musim kemarau sebelumnya, menurut dia, di wilayah kepulauan masih ada daerah terdampak kekeringan, yaitu di Kecamatan Nonggunong dan Gayam di Pulau Sapudi.
“Dulu di Nonggunong, Gayam itu masuk daerah rawan kekeringan. Tapi karena pada tahun 2017 sudah dilakukan pipanisasi dan pengeboran air bersih, sekarang sudah tidak masuk lagi. Kalau dulu kering langka, sekarang sudah teraliri air,” tuturnya.
Secara umum, lanjut mantan Sekretaris Bappeda Sumenep itu, cakupan daerah rawan kekeringan tahun ini juga sudah berkurang. Dari sebelumnya tersebar di 37 desa menjadi 27 desa.
Dari 27 desa terdampak kekeringan, 10 desa dikategorikan kering kritis dan 17 desa lainnya kering langka. Semuanya tersebar di 10 kecamatan, di antaranya di Kecamatan Pasongsongan, Batuputih, dan Rubaru.
Menurut dia, sejauh ini BPBD Sumenep telah melakukan langkah-langkah dalam rangka menanggulangi bencana kekeringan, yaitu melakukan suplai air bersih. Khususnya ke daerah-daerah kering kritis, seperti Prancak, Montorna, Lebbeng, Basoka, Batuputih Daya, dan Bulla’an.
“Itu solusi jangka pendek. Sementara untuk jangka menengah dan panjang, kami sudah berkoordinasi dengan instansi-instansi terkait. Khususnya berkenaan dengan upaya mengatasi kekeringan di daerah yang memiliki potensi air. Misalnya dengan cara pipanisasi dan pengeboran. Termasuk penyediaan tandon di daerah kering kritis,” pungkasnya. (FATHOL ALIF/ROS/VEM)