SUMENEP, koranmadura.com – Kekeringan yang melanda Desa Lebeng Barat, Kecamatan Pasongsongan, Sumenep, Madura, Jawa Timur, membuat sebagian warga di sana harus merogoh koceh untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka terhadap air bersih.
Salah seorang warga Dusun Ba’tello, Desa Lebeng Barat, Ahmad Sa’i menuturkan, warga sudah mulai harus membeli air sejak Juni lalu, baik untuk menyiram tembakau maupun kebutuhan sehari-hari.
“Warga membeli air kepada orang daerah sini juga yang memang menyediakan jasa untuk itu,” tuturnya, Kamis, 16 Agustus 2018.
Untuk setiap satu tangki air, menurutnya, warga harus mengeluarkan uang Rp 125 ribu. Sedangkan air yang diangkut menggunakan mobil pick up, per mobil harganya Rp 60 ribu. “Kalau satu tangki biasanya bisa dipakai sampai 10 hari,” tambahnya.
Lebih lanjut, dia mengungkapkan, kejadian seperti itu tidak hanya pada musim kemarau kali ini, tapi sudah biasa dialami setiap musim. Tak hanya di Lebbeng Barat, menurut dia, kejadian serupa juga dialami warga desa tetangga, yaitu Montorna dan Prancak.
“Makanya kami berharap kepada pemerintah agar mencari solusi jangka panjang dalam mengatasi persoalan kekeringan di desa kami. Misalnya membuat tandon besar atau ada pengeboran. Karena kalau hanya bantuan air bersih, dampaknya tidak terlalu signifikan,” pungkasnya, seraya berharap.
Sementara Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumenep, Abd. Rahman Riyadi menyampaikan, sejauh ini pihaknya sudah sering menyalurkan bantuan air bersih ke daerah-daerah terdampak kekeringan. Termasuk ke Desa Lebeng Barat.
“Sejauh ini yang paling banyak minta droping air itu dari Kecamatan Pasongsongan, Batuputih, dan Batang-Batang. Desa-desa di Pasongsongan yang minta suplai air bersih di antaranya Montorna, prancak, Lebbeng Barat, dan Campaka,” ungkapnya. (FATHOL ALIF/ROS/DIK)