SUMENEP, koranmadura.com- Wakil Bupati Achmad Fauzi melepas pawai perahu hias pada pagelaran acara Petik Laut (rokat tase’) di Desa Dungkek, Kecamatan Dungkek, Sumenep, Madura, Jawa Timur, Rabu, 26 Desember 2018.
Dalam kesempatan itu, orang nomor dua di kabupaten paling ujung timur pulau Madura ini mengatakan bahwa petik laut merupakan warisan nenek moyang. Suami Nia Kurnia ini pun menjelaskan bahwa kebiasaan mengungkapkan rasa syukur warga kepada Tuhan di setiap daerah tentunya berbeda-beda. Salah satunya melalui Petik Laut.
“Ini adalah warisan nenek moyang kita yang perlu dilestarikan. Karena ini bagian dari budaya masyarakat Nusantara,” kata Wabup saat melepas acara Pawai Perahu Hias.
Wabup yang akrab disapa Bang Uji ini menambahkan bahwa kegiatan petik laut tidak hanya menyampaikan rasa syukur atas rezeki melimpah ruah, tetapi juga terdapat ritual khusus untuk menjauhkan malapetaka (tolak bala). “Masyarakat hanya ingin mengucapkan rasa syukur atas rezeki yang melimpah. Sehingga penghasilan para nelayan kian bertambah,” tambahnya.
Bang Uji berharap agar masyarakat bisa mempertahankan tradasi yang baik, “Saya mengimbau masyarakat untuk mempertahankan tradisi leluhur agar tidak luntur. Namun, jangan memelihara tradisi dan budaya yang melenceng dari pedoman dalam kehidupan,” harapnya.
Diketahui, dalam ritual Petik Laut ini, para warga terlihat antusias mengikuti pawai perahu hias milik nelayan yang dilarung ke tengah laut. Bahkan tidak hanya diikuti oleh pria dewasa, tetapi juga oleh anak-anak dan perempuan. Sebab dalam petik laut ini juga bertepatan dengan rokat desa (rokat dhisa) Dungkek.
Pantauan, seluruh perahu nelayan berkeliling membentuk bulat sembari merebut air laut di areal sesajen dilepas dengan harapan dijauhkan dari malapetaka. (SOE/VEM)