KORANMADURA.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut terjadi 66 kali gempa susulan pasca gempa magnitudo 6,5 di Ambon. Dari puluhan gempa susulan ada empat guncangan yang signifikan.
“Hasil monitoring BMKG terhadap gempa Kairatu berkekuatan M 6,5 menunjukkan telah terjadi 66 kali aktivitas gempa bumi susulan (aftershocks) dengan magnitudo terbesar M 5,6 dan terkecil M 3,0,” kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, kepada wartawan, Kamis (26/9/2019).
Data terkait gempa susulan ini didapat per siang hari ini pukul 12.30 WIB. Empat gempa susulan yang paling signifikan itu tercatat pukul 09.41 WIB hingga oukul 12.28 WIB.
Daryono mengatakan, guncangan gempa utama di Ambon pagi tadi mencapai skala intensitas hingga V hingga VI MMI di Ambon, Haruku dan Kairatu. Imbasnya, sejumlah rumah rusak, enam orang meninggal dunia, dan empat orang luka-luka.
“Pembangkit gempa ini diduga kuat adalah struktur sesar yang melintas di wilayah di wilayah Kecamatan Kairatu Selatan. Dalam peta tektonik Pulau Seram tampak struktur sesar ini berarah barat daya-timur laut. Sesar ini memiliki pergerakan mendatar-mengiri (sinistral strike-slip). Sayangnya struktur sesar yang melintas di Kalratu selatan ini belum memiliki nama, sehingga untuk memudahkan menyebutnya dapat kita namai ‘Sesar Kairatu’,” kata Daryono.
BMKG mencatat, sebelum terjadi gempa magnitudo 6,5, ada guncangan gempa di Kairatu Selatan yang menjadi rentetan gempa pembuka. Daryono mengatakan, peta seismisitas Maluku menunjukkan di sekitar episenter gempa pagi tadi terdapat klaster aktivitas gempa dengan magnitudo (M) antara 1,5 hingga 3,5 sebanyak 30 kali sejak 28 Agustus 2019 hingga 25 September 2019 kemarin.
“Gempa ini menjadi contoh nyata mengenai keberadaan ‘Gempa Tipe 1’ menurut Kiyoo Mogi (1963) ahli gempa Jepang, yaitu tipe gempa utama yang didahului oleh gempa pendahuluan/pembuka (foreshocks) dan selanjutnya diikuti oleh serangkaian gempa susulan,” tuturnya.
Dia berharap gempa susulan terus meluruh energinya. Sehingga kondisi kembali normal.
(DETIK.com/ROS/VEM)